MAKALAH ASBABUL NUZUL
“Q.S AL-BAQORAH AYAT 62”
DOSEN PEMBIMBING :
Ust. Hidayatullah, M.A.
DISUSUN :
Muhammad Nur Assidiq Wijaya
FAKULTAS USHULLUDIN
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA
I
PENDAHULUAN
Al-Qur’an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah
tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang
didasarkan pada keimanan kepada Allah dan risalah-Nya. Juga memberitahukan hal
yang telah lalu, kejadian-kejadian yang sekarang serta berita-berita yang akan
datang.
Sebagian besar Al-Qur’an pada mulanya diturunkan untuk tujuan umum
ini, tetapi kehidupan para sahabat bersama Rasulullah telah menyaksikan banyak
peristiwa sejarah, bahkan kadang terjadi di antara mereka peristiwa khusus yang
memerlukan penjelasan hukum Allah atau masih kabur bagi mereka. Kemudian mereka
bertanya kepada Rasulullah untuk mengetahuihukum Islam mengenai hal itu. Maka
Al-Qur’an turun untuk peristiwa khusus tadi atau untuk pertanyaan yang muncul
itu. Hal seperti itulah yang dinamakan Asbabun Nuzul.
Asbabun nuzul merupakan suatu aspek ilmu yang harus diketahui,
dikaji dan diteliti oleh para mufassirin
atau orang-orang yang ingin memahami Al-Qur’an secara mendalam.
Berdasarkan
pemahaman para ahli tafsir mengenai pentingnya mempelajari Asbabun Nuzul maka ilmu ini perlu dikembangkan untuk
dipahami oleh umat manusia. Bahkan sekarang Asbabun Nuzul telah dijadikan salah
satu kajiandalam ‘Ulumul Qur’an.
II
PEMBAHASAN
A.
Terjemahan Al-quran Surat Al-Baqorah Ayat 62
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْ
وَالَّذِينَ هَادُواْ وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحاً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلاَ
خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُون
( Kosa Kata Ayat )
Beriman : آمَنَ Orang- orang Mukmin :
آمَنُواْ
Mendapatkan Pahala : أَجْرُهُمْ Orang
- orang Yahudi : هَادُوا
Rasa Takut : خَوْفٌ
Orang - orang Nashrani :
النَّصَارَ
Rasa Khawatir :
يَحْزَنُون Orang - orang Ashobiin : الصَّابِئِينَ
Artinya :
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang
Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar
beriman kepada Allah, hari Kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima
pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak
(pula) mereka bersedih hati.”[1]
B.
Asbabul Nuzul Al-quran Surat Al-Baqorah Ayat 62
Didalam
Kitab Tafsi Al qur'an Al Azhîm Karangan Al-Hafidz
Ibnu Katsir (Jilid. 1, Juz. 1, halaman: 284), dengan menisbahkan kepada Al
Hafizh Ibnu Abi Hatim dalam Tafsir Ibn Abi Hâtim :
قَالَ
(2) ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ
العَدني، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ ابْنِ أَبِي نَجِيح، عَنْ مُجَاهِدٍ، قَالَ:
قَالَ سَلْمَانُ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ
أَهْلِ دِينٍ كُنْتُ مَعَهُمْ،
فذكرتُ
مِنْ صَلَاتِهِمْ وَعِبَادَتِهِمْ، فَنَزَلَتْ: {إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا
وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الآخِرِ} إِلَى آخِرِ الْآيَةِ.
وَقَالَ
السُّدِّيُّ: {إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى
وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا}
الْآيَةَ: نَزَلَتْ فِي أَصْحَابِ سَلْمَانَ الْفَارِسِيِّ، بَيْنَا هُوَ
يُحَدِّثُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذْ ذَكَرَ أَصْحَابَهُ،
فَأَخْبَرَهُ خَبَرَهُمْ، فَقَالَ: كَانُوا يَصُومُونَ وَيُصَلُّونَ وَيُؤْمِنُونَ
بِكَ، وَيَشْهَدُونَ (3) أَنَّكَ سَتُبْعَثُ نَبِيًّا، فَلَّمَا فَرَغَ سَلْمَانُ
مِنْ ثَنَائِهِ عَلَيْهِمْ، قَالَ لَهُ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "يَا سَلْمَانُ، هُمْ مِنْ أَهْلِ النَّارِ". فَاشْتَدَّ
ذَلِكَ عَلَى سَلْمَانَ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ هَذِهِ الْآيَةَ، فَكَانَ إِيمَانُ
الْيَهُودِ: أَنَّهُ مَنْ تَمَسَّكَ بِالتَّوْرَاةِ وَسُنَّةِ مُوسَى، عَلَيْهِ
السَّلَامُ؛ حَتَّى جَاءَ عِيسَى. فَلَمَّا جَاءَ عِيسَى كَانَ مَنْ تَمَسَّكَ
بِالتَّوْرَاةِ وَأَخَذَ بِسُنَّةِ مُوسَى، فَلَمْ يَدَعْهَا وَلَمْ يَتْبَعْ
عِيسَى، كَانَ هَالِكًا. وَإِيمَانُ النَّصَارَى أَنَّ (4) مَنْ تَمَسَّكَ
بِالْإِنْجِيلِ مِنْهُمْ وَشَرَائِعِ عِيسَى كَانَ مُؤْمِنًا مَقْبُولًا مِنْهُ
حَتَّى جَاءَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَمَنْ لَمْ يتبعْ
مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهُمْ ويَدَعْ (5) مَا كَانَ
عَلَيْهِ مِنْ سُنَّةِ عِيسَى وَالْإِنْجِيلِ -كَانَ هَالِكًا.
وَقَالَ ابْنُ أَبِي حاتم:
وروي عن سعيد بن جبير نحو هَذَا.
قُلْتُ: وَهَذَا لَا يُنَافِي
مَا رَوَى عَليّ بْنُ (6) أَبِي طَلْحَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: {إِنَّ الَّذِينَ
آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الآخِرِ} الْآيَةَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ بَعْدَ ذَلِكَ: {وَمَنْ
يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ
مِنَ الْخَاسِرِينَ} [آل عمران: 85][2]
C.
Penjelasan Asbabul Nuzul Al-quran Surat Al-Baqorah Ayat 62
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْ وَالَّذِينَ هَادُواْ
وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَعَمِلَ
صَالِحاً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ
يَحْزَنُون
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi,
orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabi’in, siapa saja di antara mereka yang
benar-benar beriman kepada Allah dan hari Kemudian serta beramal shalih, maka
untuk mereka adalah ganjaran dari sisi Tuhan mereka, tidak ada ketakutan atas
mereka dan tidak pula mereka bersedih hati” (QS. Al Baqarah: 62)
Asbabun nuzul ayat ini, menurut Ibnu Katsir, Salman Al Farisi radhiyallahu
‘anhu pernah memuji teman-temannya di masa lalu yang beragama Yahudi dan
Nasrani: “mereka shalat, puasa dan beriman kepadamu bahwa suatu saat engkau
akan diutus.” Setelah Salman selesai bercerita, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Wahai Salman, mereka termasuk ahli neraka.” Jawaban itu
sangat berat bagi Salman. Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan
Surat Al Baqarah ayat 62 ini.
Ketika menjelaskan ayat ini dalam tafsir Al Qur’anil Adzhim, Ibnu
Katsir rahimahullah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan haaduu,
nashaaraa dan shabi’in dalam ayat ini adalah kaum terdahulu, sebelum Rasulullah
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diutus.[3]
“Allah mengingatkan melalui ayat ini, bahwa barangsiapa yang
berbuat baik dari kalangan umat-umat terdahulu dan taat, bagi mereka pahala
yang baik,” tulis beliau.
Yang dimaksud dengan Haaduu (orang-orang Yahudi) dalam ayat ini
adalah pengikut Nabi Musa ‘alaihi salam. Nashaaraa (orang-orang Nasrani)
adalah pengikut Nabi Isa ‘alaihi salam. Sedangkan Shaabi’in adalah
orang-orang yang belum sampai kepada mereka dakwah seorang Nabi pun.
Adapun
tentang Shobi’in maka terjadi perbedaan pendapat, diantara mereka ada yang
mengatakan bahwa :
1.
Shobi’in
adalah kelompok dari orang-orang ahli kitab yang membaca zabur.
2.
Mereka
adalah seperti orang-orang Majusi.
3.
Mereka
adalah kaum yang menyembah malaikat.
4.
Mereka
adalah para penyembah malaikat, membaca kitab zabur dan melaksanakan shalat
menghadap kiblat
5.
Mereka
adalah kaum yang tinggal di daerah setelah Iraq, mereka berada di Kuutsi,
beriman dengan seluruh nabi, melakukan puasa selama tiga puluh hari setiap
tahunnya, melaksanakan shalat menghadap ke Yaman setiap hari lima kali.”
6.
Shobi’in
adalah para pemeluk suatu agama yang tinggal di Jazirah al Maushul dan
mengatakan “Laa Ilaaha Illallah” mereka tidak memiliki amal, kitab juga nabi
kecuali perkataan “Laa Ilaaha Illallah”
7.
Shobi’in
adalah para pemeluk agama Nuh as.
Dari
sekian banyak pendapat tersebut, Ibnu Katsir lebih memilih pendapat yang
diungkapkan Mujahid dan Wahab bin Munbih bahwa Shobi’un adalah kaum yang bukan
beragama Yahudi, Nasrani, Majusi atau Musyrik. Mereka adalah kaum yang tetap
berada diatas fitrah mereka, mereka tidak memiliki agama tertentu yang dianut.
Karena itulah kaum musyrikin memberi gelar orang yang telah masuk islam dengan
sebutan “Shobi’i”, artinya orang itu telah keluar dari semua agama orang-orang
di bumi saat itu.
Sementara itu Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa Shobi’in
ada dua macam : Shobi’in yang masih lurus dan Shobi’in yang musyrik.
Orang-orang Shobi’in yang lurus inilah yang dipuji dan disanjung Allah swt
didalam firman-Nya :
Bagaimana bentuk keimanan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang
dimaksud dengan “man aamana” dalam ayat ini?
Ibnu Katsir menjelaskan: “Iman orang-orang Yahudi itu ialah
barangsiapa yang berpegang kepada kitab Taurat dan sunnah Nabi Musa ‘alaihi
salam, maka imannya diterima hingga Nabi Isa ‘alaihi salam datang. Apabila Nabi
Isa telah datang, sedangkan orang yang tadinya berpegang kepada Taurat dan
sunnah Nabi Musa tidak meninggalkannya dan tidak mau mengikuti syariat Nabi
Isa, maka ia termasuk orang yang binasa.”
“Iman orang-orang Nasrani itu ialah barangsiapa yang berpegang
kepada kitab Injil dan syarita Nabi Isa ‘alaihi salam, maka imannya diterima
hingga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam datang. Apabila Nabi Muhammad
telah datang, sedangkan orang yang tadinya berpegang kepada Injil dan sunnah
Nabi Isa tidak meninggalkannya dan tidak mau mengikuti syariat Nabi Muhammad,
maka ia termasuk orang yang binasa.”[4]
Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Qur’an juga menegaskan
bahwa yang dimaksud dengan orang-orang yahudi, nasrani dan shabi’in dalam ayat
ini adalah sebelum diutusnya Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam.
“Yang ditetapkan di sini adalah hakikat akidah,” kata Sayyid Qutb,
“bukan fanatisme golongan atau bangsa. Dan, hal ini tentu saja sebelum
diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.”
Ayat 62 dari surat Al Baqarah ini redaksinya mirip dengan firmanNya
dalam surat Al Maidah ayat 69:
إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا
وَالصَّابِئُونَ وَالنَّصَارَى مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ
وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang
Shabi’in dan orang-orang Nasrani, siapa saja di antara mereka yang benar-benar
beriman kepada Allah dan hari Kemudian serta beramal shalih, maka untuk mereka
adalah ganjaran dari sisi Tuhan mereka, tidak ada ketakutan atas mereka dan
tidak pula mereka bersedih hati” (QS. Al Maidah: 69)
Apakah ayat surat Al Baqarah : 62 Muhkamah atau Mutasyabihat?. Ada
dua pendapat: 1. Mujahid dan adh Dhahak berpendapat Muhkamah. 2. Sedangkan
Jama'ah Mufassirîn berpendapat Mansukh dengan Surat Ali Imran : 85
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ
مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
" Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka
sekali-kali tidak akan diterima agama itu darinya, dan dia di akhirat termasuk
orang-orang yang rugi ".
هُوَ "dia" maksudnya: Orang-orang yang menganut agama
selain agama Islam, setelah datangnya agama Islam dan datangnya kerasulan Nabi
Muhammad SAW.
Surat Al Baqarah ayat 62 dan surat Al Ma’idah ayat 69 sering
dijadikan dalil pluralisme oleh kaum pluralis; bahwa Allah tidak memandang
agama seseorang. Apakah seseorang itu muslim, yahudi, nasrani atau tidak
beragama –menurut kaum pluralis- mereka bisa masuk surga.
D.
Hikmah Yang dapat kita ambil dengan adanya Asbabul Nuzul Q.S
Al-Baqorah ayat 62
Dengan Mengetahui Asbabul Nuzul dari surat Al-Baqorah ayat 62 ini
kita mendapatkan Hikmah Yaitu :
1.
Kita
dapat Mengetahui maksud yang terkandung dari ayat ini.
2.
Kita
dapat Mengetahui bahwa ayat ini turun berkaitan dengan Peristiwa sehabat nabi
yang bernama Salman al-farisi yang menceritakan tentang Teman-temanya.
3.
Kita
dapat Membantah kelompok pluralis, bahwa semua agama benar.
4.
Kita
dapat Memahami Bahwa surat Al-Baqorah ayat 62 merupakan ayat yang Muhkam /Mutasyabihat
atau diMansukh dengan Q.S Al-Imran ayat 85
III
KESIMPULAN
Bahwa
Asbabul Nuzul Al-Qur’an Surat Al-Baqorah ayat 62 ini disebabkan dengan
peristiwa Salman Al-farisi yang bercerita tentang teman-temannya kepada Nabi
Muhammad SAW. Dengan mnyebutkan semua kebaikan dan amalan-amalan yang dilakukan
teman-temannya tetapi Rasululah SAW mengatakan bahwa mereka tetap termasuk Para
penghuni neraka.
Dan yang di maksud dengan para
Nashrani, Yahudi dan Ashobiina adalah orang yang terdahulu yaitu nashrani para
pengikut Nabi Isa, Yahudi para pengikut Nabi Musa, dan Para Ashobiina adalah orang-orang yang
belum sampai kepada mereka dakwah seorang Nabi pun.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quranul
Karim wa tarjamtu Maaniyah ila lughotil Indunisia, ( Madinah Munawarah : Mujamma Al-Malik Fahd li thiba’at al-Mushaf
)
Katshir,
Ibnu. 1999 M. Tafsir Al-Quran
Al-Adzim. Maktabah Syamillah : Dar Taibah
Khatim,
Abi. 1419 H. Tafsir Al-Quran Al-Adzim liabii haatim. Arab Saudi : Maktabah
Nizar Musthafa Baz.
Abu
Farj, Jamalludin Al-Juuzi. 1422 H. Zaad Al-Maisir Fi Ulumi Tafsir.
Beirut : Daarul Kitab Al-Arabi.
[1] Mujamma
Al-Malik Fahd li thiba’at al-Mushaf, Al-Quranul
Karim wa tarjamtu Maaniyah ila lughotil
Indunisia.. ( Madinah Munawarah : Juz 1) Hal. 19
[3] Ibnu
Katshir, Tafsir Al-Quran Al-Adzim ( Maktabah Syamillah : Dar Taibah )
Hal. 286
[4] Ibnu
Katshir, Tafsir Al-Quran Al-Adzim ( Maktabah Syamillah : Dar Taibah )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar