MAKALAH TAFSIR TAHLILI
“Q.S AT- TAUBAH 80 - 84”
DOSEN PEMBIMBING :
Ust. Abdur Ra’uf, M.A.
DISUSUN :
Muhammad Nur Assidiq Wijaya
FAKULTAS USHULLUDIN
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA
I
PENDAHULUAN
Al-Qur’an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah
tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang
didasarkan pada keimanan kepada Allah dan risalah-Nya. Juga memberitahukan hal
yang telah lalu, kejadian-kejadian yang sekarang serta berita-berita yang akan
datang.
Sebagian besar Al-Qur’an pada mulanya diturunkan untuk tujuan umum
ini, tetapi kehidupan para sahabat bersama Rasulullah telah menyaksikan banyak
peristiwa sejarah, bahkan kadang terjadi di antara mereka peristiwa khusus yang
memerlukan penjelasan hukum Allah atau masih kabur bagi mereka. Kemudian mereka
bertanya kepada Rasulullah untuk mengetahuihukum Islam mengenai hal itu. Maka
Al-Qur’an turun untuk peristiwa khusus tadi atau untuk pertanyaan yang muncul
itu. Hal seperti itulah yang dinamakan Asbabun Nuzul.
Teapi untuk memahami ayat itu kita pu butuh sebuah penafsiran yang dikaji
dan diteliti oleh para mufassirin atau
orang-orang yang ingin memahami Al-Qur’an secara mendalam.
Berdasarkan
pemahaman para ahli tafsir mengenai pentingnya mempelajari Tafsir maka ilmu ini
perlu dikembangkan untuk dipahami oleh umat manusia. Bahkan sekarang Tafsir
telah dijadikan salah satu kajian dalam diperguruan tinggi.
II
PEMBAHASAN
A. PENAFSIRAN
SURAH AT-TAUBAH AYAT 80 – 84
v TAFSIR AT-TAUBAH
AYAT 80
öÏÿøótGó$# öNçlm; ÷rr& w öÏÿøótGó¡n@ öNçlm; bÎ) öÏÿøótGó¡n@ öNçlm; tûüÏèö7y Zo§sD `n=sù tÏÿøót ª!$# öNçlm; 4
y7Ï9ºs öNåk¨Xr'Î/ (#rãxÿ
Artinya:
Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan
ampun bagi mereka (adalah sama saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi
mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampunan
kepada mereka. Yang demikian itu adalah karena mereka kafir kepada Allah dan
Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (9: 80)
Pada penafsiran ayat-ayat sebelumnya telah disebutkan bahwa
orang-orang Munafik zaman awal Islam sekalipun pernyataan dan sikap mereka
mengganggu kaum Mukminin serta berusaha membunuh Nabi, tapi semua usaha itu
tidak berhasil.[2]
Ayat ini berbicara kepada Nabi Muhammad Saw dengan mengatakan, hendaknya engkau
jangan memikirkan mereka, bahkan jangan pula memintakan ampunan bagi mereka.
Karena mereka itu sedemikian fasik dan tenggelam dalam dosa. Mereka telah
sampai pada batas kekufuran kepada Allah dan Rasul-Nya, sehingga cara untuk
kembali pun sudah tidak ada lagi. Kendatipun engkau seorang Nabi yang diutus
sebagai rahmatan lil alamin, dan meski engkau memintakan ampunan bagi mereka
sebanyak 70 kali, namun mereka tidak akan bisa diampuni. Seperti suatu penyakit
yang sedemikian kronisnya merongrong si penderita, sehingga dokter ahli pun
yang dengan upaya maksimalnya tetap tidak berhasil menyelamatkan jiwanya.
Akhirnya si penderita itu harus menjemput ajalnya dengan kematian.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Menghina orang-orang Mukmin dan meremehkan hukum-hukum
Islam dapat menyeret manuia ke dalam kekufuran.
2. Allah Swt dan Nabi Muhammad
tidak pernah bakhil dalam memberi dan memintakan ampunan kepada mereka. Akan
tetapi memang sebagian manusia tidak memiliki potensi untuk mendapatkan ampunan
Allah. Karena perbuatan dan dosanya tak terampuni.
Pada surah Al- Baqarah : 14
#sÎ)ur (#qà)s9 tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqä9$s% $¨YtB#uä #sÎ)ur (#öqn=yz 4n<Î) öNÎgÏYÏÜ»ux© (#þqä9$s% $¯RÎ) öNä3yètB $yJ¯RÎ) ß`øtwU tbrâäÌöktJó¡ãB ÇÊÍÈ
14. dan bila mereka
berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah
beriman". dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka[25],
mereka mengatakan: "Sesungguhnya Kami sependirian dengan kamu, Kami
hanyalah berolok-olok."
[25] Maksudnya: pemimpin-pemimpin
mereka[3]
Hal ini menunjukkan bahwa memohon
ampunan bagi orang munafik adalah perkara yang sia-sia hal ini di tunjukkan
pada lafadz yang berarti “Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh
puluh kali” hal ini merupakan penegasan dari Allah SWT bahwa memohonkan
ampun bagi orang munafik tidak akan menolongnya dari azab Allah, hal tersebut
sudah dijelaskan dalam Al- Qur’an.
Selanjutnya ada hubungan khusus
antara orang munafik dan fasiq, munafik dan fasiq keduanya meruoakan
kemaksiatan kepada Allah SWT. Mereka semua adalah orang menyimpang dan
mengingkari ketaatan kepada Allah SWT. Hanya saja fasiq secara umum diartikan
sebagai orang yang keluar dari perintah Allah SWT. perbuatan fasik dapat
diketahui karena ia lebih menampakkan dirinya bertentangan dengan islam
sedangkan orang munafik cenderung memiliki karakter yang diluar terlihat dia
sangat baik namun dalam hati mereka mengingkari, oleh karena itu munafik lebih
cenderung pada penyakit bathin.
Maka pada surah at-taubah ayat 80
menerangkan bahwa meminta ampunan untuk orang munafik adalah perbuatan yang
sia-sia.
v TAFSIR AT-TAUBAH AYAT 81 DAN 82
yyÌsù cqàÿ¯=yßJø9$# öNÏdÏyèø)yJÎ/ y#»n=Åz ÉAqßu «!$# (#þqèdÌx.ur br& (#rßÎg»pgä óOÏlÎ;ºuqøBr'Î/ öNÍkŦàÿRr&ur Îû È@Î6y «!$# (#qä9$s%ur w (#rãÏÿZs? Îû Ìhptø:$# 3
ö@è% â$tR zO¨Zygy_ x©r& #vym 4
öq©9 (#qçR%x. tbqßgs)øÿt ÇÑÊÈ
(#qä3ysôÒuù=sù WxÎ=s% (#qä3ö7uø9ur #ZÏVx. Lä!#ty_ $yJÎ/ (#qçR%x. tbqç7Å¡õ3t ÇÑËÈ
Artinya:
81. Orang-orang yang ditinggalkan
(tidak ikut perang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang
Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada
jalan Allah dan mereka berkata: "Janganlah kamu berangkat (pergi berperang)
dalam panas terik ini". Katakanlah: "Api neraka jahannam itu lebih
sangat panas(nya)" jika mereka mengetahui. (9: 81)
82. Maka hendaklah mereka tertawa
sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka
kerjakan. (9: 82)
Setelah keterangan mengenai
kemurkaan Allah Swt terhadap orang-orang Munafik dalam ayat sebelumnya, ayat
ini menyinggung sebagian ciri-ciri mereka. Dalam ayat ini disebutkan, sewaktu
perang Tabuk, orang-orang Munafik tidak hanya absen dalam peperangan tersebut.
Karena mereka juga aktif menggembosi kaum Muslimin yang lain agar tidak
berpartisipasi dalam peperangan tersebut. Mereka menyebut sejumlah alasan
seperti udara panas, jauhnya jarak yang harus ditempuh dan tibanya musim panen.
Orang-orang Munafik tidak hanya absen dalam jihad, tetapi mereka juga gembira
dapat melarikan diri dari kewajiban perang. Mereka bahkan menyebut tindakan
tersebut sebagai tanda kecerdikan dan keahlian Munafikin itu, sehingga jiwa
mereka dapat terselamatkan dalam peperangan.[4]
Namun Allah Swt dalam menjawab
mereka menyatakan, "Jangan bersenang-senang dan bergembira dahulu, karena
pada saatnya nanti kalian akan menangis. Meski menurut mereka cucuran air mata
itu merupakan siksa, sedang tertawa merupakan pahala. Apakah kalian sudah lupa Hari
Kiamat? Dikarenakan udara yang panas kalian dengan begitu saja meninggalkan
Rasulullah.
Dari dua ayat tadi terdapat dua
pelajaran yang dapat dipetik:
1. Orang mukmin yang penakut, meski
dia tidak pergi ke medan perang, namun hati mereka tetap merasa tidak enak dan
menyesal. Karena tidak pergi ke medan perang dan juga tidak memberikan bantuan
meski sebatas kemampuan. Berbeda dengan orang-orang Munafik, mereka selalu
gembira tidak pergi ke medan perang dan tidak pula memberi bantuan apapun.
2. Ingat kepada
hari Kebangkitan membuat manusia selalu bertahan dalam menghadapi berbagai
kesulitan dunia, sehingga mereka berusaha mensejajarkan antara tertawa dan
menangis.Hal ini merupakan penegasan agar mereka lebih banyak bertaubat atas
apa yang mereka lakukan dalam hadits rasulullah:
و عن انس رضي الله عنه قال: خطب رسول الله صلى الله عليه و سلم خطبة
ما سمعت مثلها قط فقال : لو تعلمون ما أعلم تضحكتم قليلا و لبيكيتم كثيرا. قال
فغطى أصحاب رسول الله صلى الله عليه و سلمز وجوههم و لهم خسران ( متفق عليه )
ARTINYA : dari anas ra. Berkata
rasulullah SAW berkhutbah tidak pernah aku mendengar suatu khutbah yang semacam
itu karena amat menakutkan. Beliau SAW
bersabda : seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, kalian
pasti akan sedikit tertawa dan banyak menangis. Anas berkata : maka para
sahabat Rasulullah SAW menutupi mukanya lalu menangis terisak-isak.
Mengapa harus
banyak menangis ?
إن المؤمن ذنوبه كأنه فى أصل جبل يخاف عن وقع
عليه و إن الفاجر يرى ذنويه كالذباب وقع علي أنفه قال به هكذا فطار ( رواه
الترمذى)
Sesungguhnya seorang mukmin itu melihat dosa dosanya
seolah dia berada di kaki sebuah gunung, dia khawatir gunung itu akan
menimpanya, sebaliknya orang durhaka melihat dosa-dosanya seperti seekor lalaat
yang hinggap dihidungnya , dia mengusir dengan tangan kanananya maka lalat itu
terbang (HR. Tirmidzi )
Hal ini menujukkan bahwa hendaknya orang mukmin agar
selalu senantiasa bertobat kepada Allah SWT. Dalam keadaan dzahir maupun
bathin, terutama baik melakaukan dosa kecil maupun besar.
v
TAFSIR AT-TAUBAH AYAT 83
bÎ*sù yèy_§ ª!$# 4n<Î) 7pxÿͬ!$sÛ öNåk÷]ÏiB x8qçRxø«tGó$$sù Ælrããù=Ï9 @à)sù `©9 (#qã_ãørB zÓÉëtB #Yt/r& `s9ur (#qè=ÏF»s)è? zÓÉëtB #rßtã (
ö/ä3¯RÎ) OçFÅÊu Ïqãèà)ø9$$Î/ tA¨rr& ;o§sD (#rßãèø%$$sù yìtB tûüÏÿÎ=»sø:$# ÇÑÌÈ
83.
Maka jika Allah mengembalikanmu kepada suatu golongan dari mereka, kemudian
mereka minta izin kepadamu untuk keluar (pergi berperang), Maka Katakanlah:
"Kamu tidak boleh keluar bersamaku selama-lamanya dan tidak boleh
memerangi musuh bersamaku. Sesungguhnya kamu telah rela tidak pergi berperang
kali yang pertama. karena itu duduklah bersama orang-orang yang tidak ikut
berperang."[651]
[651] Setelah Nabi Muhammad SAW selesai dari peperangan Tabuk dan kembali
ke Madinah dan bertemu segolongan orang-orang munafik yang tidak ikut perang,
lalu mereka minta izin kepadanya untuk ikut berperang, Maka Nabi Muhammad
s.a.w. dilarang oleh Allah untuk mengabulkan permintaan mereka, karena mereka
dari semula tidak mau ikut berperang.
Artinya:
Maka jika Allah mengembalikanmu
kepada suatu golongan dari mereka, kemudian mereka minta izin kepadamu untuk
keluar (pergi berperang), maka Katakanlah: "Kamu tidak boleh keluar
bersamaku selama-lamanya dan tidak boleh memerangi musuh bersamaku. Sesungguhnya
kamu telah rela tidak pergi berperang kali yang pertama. Karena itu duduklah
bersama orang-orang yang tidak ikut berperang". (9: 83)
Termasuk dari salah satu tanda
orang-orang Munafik ialah selalu ingin menjadikan pendapatnya sebagai sentral.
Padahal Nabi Muhammad Saw menandaskan bahwa semua gerakan mereka adalah dalam
rangka melarikan diri. Karena itu sewaktu segala sesuatunya telah terungkap,
mereka mengusulkan perang lainnya kepada Nabi. Yaitu mereka meminta kepada Nabi
Saw agar bergerak pada front ini. Padahal semestinya mereka harus tunduk kepada
perintah Nabi, akan tetapi mereka malah berusaha agar Nabi mengikuti keinginan
keinginan mereka.
Yang menarik justru al-Quran
mengatakan, "Sekalipun Nabi mau mendengarkan pernyataan dan keinginan
mereka, bahkan siap bergerak di barisan musuh, namun orang munafik itu masih
saja akan mengetengahkan alasan dan justifikasi lain. Hal itu dilakukan agar
mereka bisa melarikan diri dan tidak ikut bersama beliau. Yang mereka katakan
itu hanyalah tipu daya dan sekali-kali bukan kesiapan yang sesungguhnya. Karena
itulah Nabi berkata kepada mereka, "Kalian bukanlah orang yang berani
berperang, karena itu kalian jangan mengajukan usul semacam ini. Pergilah
kalian dan tinggallah di rumah saja sebagaimana para orang tua yang uzur,
mereka yang sedang sakit, dan orang-orang yang tidak mampu pergi ke medan
perang".
Dari ayat tadi terdapat dua
pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kita harus berhati-hati terhadap
para mantan pelarian tempo hari, juga terhadap orang-orang yang seakan menyusul
mereka sesuatu hari ini. Karena sesungguhnya mereka tidak memiliki iman dan
mereka hanya bisa berbicara saja.
2. Kita
akan selalu menyambut dan menerima orang yang benar-benar mau bertaubat. Tetapi
kita tidak akan tertipu dengan ulah orang-orang yang berbuat riya, atau mereka
yang selalu menampakkan perbuatannya hanya untuk mendapatkan pujian orang lain.
Karena yang demikian ini merupakan ciri dan tanda orang-orang Munafik.
v TAFSIR AT-TAUBAH 84
wur Èe@|Áè? #n?tã 7tnr& Nåk÷]ÏiB |N$¨B #Yt/r& wur öNà)s? 4n?tã ÿ¾ÍnÎö9s% (
öNåk¨XÎ) (#rãxÿx. «!$$Î/ ¾Ï&Î!qßuur (#qè?$tBur öNèdur cqà)Å¡»sù ÇÑÍÈ
Artinya:
Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah)
seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya.
Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati
dalam keadaan fasik. (9: 84)
Sepak terjang Rasulullah Saw dalam upacara menghantarkan
jenazah dan pengebumian orang-orang Islam yang meninggal dunia, yaitu beliau
mendoakan mereka dan menshalatkan jenazah mereka. Akan tetapi Allah Swt dalam
ayat ini berfirman dan mengingatkan kepada Nabi-Nya agar tidak perlu hadir
untuk menshalatkan jenazah-jenazah orang munafik. Beliau bahkan diingatkan
supaya tidak menghormati mereka, karena mereka telah mati dalam keadaan tidak
terhormat dan fasik.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Salah satu cara untuk berperang dan bersikap tegas
terhadap orang-orang Munafik, yaitu perlawanan pasip dengan memboikot mereka dalam
masyarakat.
2. Shalat jenazah dan ziarah kubur
orang-orang Mukmin merupakan perbuatan yang baik dan terpuji, yang sekaligus
mengindikasikan mulia dan dihormatinya orang mumin itu sekalipun dia telah
meninggal dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quranul
Karim wa tarjamtu Maaniyah ila lughotil Indunisia, ( Madinah Munawarah : Mujamma Al-Malik Fahd li thiba’at al-Mushaf
)
Katshir,
Ibnu. 1999 M. Tafsir Al-Quran
Al-Adzim. Maktabah Syamillah : Dar Taibah
Khatim,
Abi. 1419 H. Tafsir Al-Quran Al-Adzim liabii haatim. Arab Saudi : Maktabah
Nizar Musthafa Baz.
Abu
Farj, Jamalludin Al-Juuzi. 1422 H. Zaad Al-Maisir Fi Ulumi Tafsir.
Beirut : Daarul Kitab Al-Arabi.
[1]
Al-Quranul Karim wa tarjamtu Maaniyah ila lughotil Indunisia, ( Madinah Munawarah : Mujamma Al-Malik Fahd
li thiba’at al-Mushaf )
[2] Katshir,
Ibnu. 1999 M. Tafsir Al-Quran Al-Adzim.
Maktabah Syamillah : Dar Taibah
[3] Abu
Farj, Jamalludin Al-Juuzi. 1422 H. Zaad Al-Maisir Fi Ulumi Tafsir. Beirut : Daarul Kitab
Al-Arabi.
[4] Khatim,
Abi. 1419 H. Tafsir Al-Quran Al-Adzim liabii haatim. Arab Saudi : Maktabah
Nizar Musthafa Baz.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar