Resensi novel “AMELIA”
Oleh Muhammad Nur Assidiq Wijaya
Judul :
AMELIA
Pengarang :
Darwis Tere Liye
Editor :
Andriyati
Penerbit :
Republika, Jakarta
Tahun Terbit : 2015
Tebal Halaman :392
Halaman
Cetakan ke- : 4
Harga Buku :
PEMBUKAAN
Mengapa harus Novel “AMELIA” ?
Penulis melihat betapa kebanyakan novel disekeliling kita hanya sekitar
masalah percintaan anak remaja atau ekonomi tanpa kita sadari bahwa banyak dari
anak- anak kita yang membutuhkan sebuah bacaan berkualitas yang mampu menginspirasi
dan menggugah minat baca anak-anak atau bahkan dapat mengubah pola pikir anak
tentang kehidupan. Banyaknya bacaan yang bertema romance sehingga tergesernya
bacaan novel anak-anak membuat hati kita miris, betapa banyaknya suguhan bacaan
yang mempengaruhi dan bahkan mengubah karakter anak.
Novel AMELIA adalah novel yang di
karang oleh penulis novel best seller seperti hafalan sholat delisa yaitu
Darwis Tere Liye, buku serial anak- mamak ini adalah buku ke-4 atau sebagai
buku penutup dari 3 serial sebelumnya, yaitu ELIANA, PUKAT, BURLIAN.
Novel ini menceritakan sebuah kehidupan keluarga yang berada di
pedalaman sumatera penuh dengan kesederhanaan namun sarat akan ketauladanan
serta kecerdasan dalam berpikir yang dimiliki oleh ke -4 bersaudara tersebut.
Orangtua yang selalu mendukung serta tegas dalam mendidik, banyak contoh dan
hikmah yang dapat dipahami serta dipelajari dalam novel in yang dapat kita
ambil terutama anak bungsu yang bernama AMELIA, anak berumur sepuluh tahun yang
memiliki hati yang kuat.
SINOPSIS
Amelia adalah anak bungsu atau anak ke-4 dari empat bersaudara, kakak
yang pertama adalah Eliana julukan yang selalu dibanggakan oleh orang tua
mereka adalah sang pemberani, lalu si jenius Pukat, dan burlian si anak
special. sedangkan Amelia sendiri memiliki julukan khusus yaitu Amelia yang
kuat hatinya.
Kisah ini menceritakan Amelia anak yang berumur sepuluh tahun namun memiliki
pemahaman tentang kehidupan jauh lebih baik dari orang dewasa. Amelia yang tak
suka di suruh-suruh dan diomeli oleh kakaknya eliana sehingga ingin sekali
menjadi anak pertama agar dapat menyuruh-nyuruh kakaknya, karena mendapat saran
dari teman sekelasnya maya, maka ia mencuci sepatunya dengan sikat gigi
kakaknya eliana sehingga dia mendapatkan hukuman dan nasehat dari bapaknya, dan
selama seminggu ia menggantikan tugas kakaknya di rumah terlebih saat dia
disuruh mengangkut kayu bakar dari hutan ke rumah saat ia tergelincir jatuh dan
kak eli yang menggendongnya dari hutan sampai rumah saat itulah dia memahami seberapa besar kasih
sayang seorang kak eliana terhadapnya .
Lalu Amelia mendapatkan kepercayaan pak bin untuk menemani Norris anak
yang sangat nakal dikelasnya, sementara dia selalu sabar dengan penolakan serta
sikap acuh tak acuh dari Norris sehingga puncaknya adalah ketika Norris yang
hari itu piket mendapatkan tugas meletakkan alat peraga satu-satunya milik
sekolah yaitu peta dunia yang kusam lalu dibiarkan didepan kelas dan kehujanan
disaat itulah kemarahan Amelia dan membuat Norris serta bapaknya sadar.
Ketika musim panen kopi terlihat kita amel menanyakan pertanyaan ke
paman unus, mengapa para petani tidak mengubah tanaman kopi mereka menjadi
tanaman kopi yang menghasilkan kopi terbaik dan menghasilkan tanaman kopi dengan
jumlah berkali-kali lipat, maka saat itu ia membuat keputusan untuk meyakinkan
warga desa bahwa kampung mereka dapat maju dengan mengubah pola pikir yang lebih baik, setelah mengumpulkan penduduk untuk
meyakinkan mereka dengan mengganti biji kopi yang terbaik, namun Allah
berkehendak lain ketika banjir bandang datang dan menghancurkan 2000 pohon kopi
yang berumur satu tahun, disaat itulah
Kepehamanan Amelia tak berhenti sampai disitu saat ia mendapat olok-olokan
tugas anak bungsu sebagai penunggu rumah ( menetap tinggal bersama orangtua
ketika dewasa) maka ia memahami bahwa suatu saat ketika ia besar dan berhasil menempuh pendidikannya maka ia
akan menepati janjinya untuk kembali
untuk mengubah kampung
halamannya, cita-cita kecil yang telah diungkapkannya didepan wak yati bahwa ia
akan menjadi guru dan menemani bapak ibunya dimasa tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar