Rabu, 02 Mei 2018

MAKALAH TAFSIR TAHLILI “ Q.S HUD AYAT 13–16 ”


MAKALAH TAFSIR TAHLILI
“ Q.S HUD AYAT 13–16 ”

 














DOSEN PEMBIMBING :
Ust. H. Masrur Ichwan, M.A.

DISUSUN :
Muhammad Nur Assidiq Wijaya


FAKULTAS USHULLUDIN
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA
I
PENDAHULUAN
Al-Qur’an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan pada keimanan kepada Allah dan risalah-Nya. Juga memberitahukan hal yang telah lalu, kejadian-kejadian yang sekarang serta berita-berita yang akan datang.
Sebagian besar Al-Qur’an pada mulanya diturunkan untuk tujuan umum ini, tetapi kehidupan para sahabat bersama Rasulullah telah menyaksikan banyak peristiwa sejarah, bahkan kadang terjadi di antara mereka peristiwa khusus yang memerlukan penjelasan hukum Allah atau masih kabur bagi mereka. Kemudian mereka bertanya kepada Rasulullah untuk mengetahui hukum Islam mengenai hal itu. Maka Al-Qur’an turun untuk peristiwa khusus tadi atau untuk pertanyaan yang muncul itu.
Dan setelah sepeninggalan Rasulullah SAW berkembanglah problematika dalam kehidupan yang belum ada pada zaman Rasulullah SAW. Sehingga banyak sahabat yang menafsirkan Al-Quran dengan sepemahaman mereka. 
Ilmu tafsir menurut beberapa ulama dibagi menjadi empat macam yaitu, tafsir Tahlili, tafsir Ijmali, tafsir Muqaran, dan tafsir Mawdlu’i. Namun, yang akan kita bahas kali ini yaitu tentang tafsir Tahlili dalam Surah hud ayat 13 – 16.
Tafsir Tahlili adalah ilmu tafsir yang menafsirkan Al-Qur’an secara detail dari mulai ayat demi ayat, surat demi surat ditafsirkan secara berurutan, selain itu juga tafsir ini mengkaji Al-Qur’an dari semua segi dan maknanya. Tafsir ini juga lebih sering digunakan dari pada tafsir-tafsir yang lainnya.










II
PEMBAHASAN
A.    Penafsiran Al-quran Surat Hud Ayat 13-14

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ ﴿هود:١٣﴾ فَإِلَّمْ يَسْتَجِيبُوا۟ لَكُمْ فَاعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَآ أُنزِلَ بِعِلْمِ اللَّهِ وَأَن لَّآ إِلٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ فَهَلْ أَنتُم مُّسْلِمُونَ ﴿هود:١٤﴾[1]
Artinya:
Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar". (11: 13)
Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka ketahuilah, sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)? (11: 14)


Pada Ayat ini menyampaikan bahwa orang-orang Kafir bersikap keras kepala terhadap Nabi Muhammad. Ayat ini juga mengisyaratkan salah satu di antara sikap orang-orang kafir itu. Ayat ini mengatakan, "Mereka menisbatkan Al-Quran kepada Nabi Muhammad dan mengklaim bahwa Al-quran adalah buatan Nabi Muhammad”. Jawaban dari tuduhan ini adalah kalimat yang logis.
 Jika memang Al-quran ini adalah buatan seorang manusia yang tidak pernah belajar membaca-menulis, maka tentunya kalian pun bisa membuat kitab semacam Al-Quran ini. Karena itu, cobalah kalian membuat ayat-ayat yang menyerupai ayat Al-quran. Tantangan Allah ini ditujukan untuk membuat semisal Al-quran dalam masalah kefasihan bahasa dan kedalaman sastranya.[2]

Sesungguhnya dalam al-qur'ân terdapat bukti yang menegaskan kebenaranmu. Jika mereka berkata, "Sesungguhnya kamulah yang menyusunnya, atau kamu telah mengada-adakan kebohongan kepada Allah," maka katakanlah kepada mereka, "Jika al-Qur'ân merupakan hasil karya manusia, tentu manusia mampu membuat yang serupa dengan al-Qur'ân. Dan karena kalian adalah para pujangga dan ahli sastera, cobalah membuat sepuluh surat yang sebanding dengan al-qur'ân. Mintalah bantuan jin dan manusia yang dapat menolong kalian, jika anggapan bahwa al-qur'ân adalah ucapan manusia itu benar.[3]
Hal yang menarik di dalam ayat ini adalah bahwa Allah Swt memberikan keringanan. Ayat ini mengatakan, "Tidak perlu kalian membuat 114 surat seperti al-quran, melainkan cukup 10 surat saja." Selain itu, ayat ini juga menyuruh orang-orang kafir itu untuk saling menolong satu sama lain baik kepada pemimpin –pemimpin mereka atau pun para Ahli sastra[4] dalam membuat ayat-ayat yang menyerupai al-quran. Namun kini setelah 14 abad berlalu, terbukti tidak ada orang yang mampu membuat satu surat pun yang menyerupai surat dalam al-quran. Hal ini merupakan salah satu dalil bahwa al-quran adalah benar-benar wahyu ilahi.
Jika kalian dan mereka yang membantu kalian tidak mampu membuat tandingan yang sebanding dengan al-Qur'ân, meskipun sekadar dibuat-buat, maka ketahuilah bahwa al-Qur'ân itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan tak seorang pun yang mengetahui ilmu-Nya itu. Dan ketahui pula bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan kecuali Allah. Tak satu pun, selain Allah, yang dapat melakukan pekerjaan-Nya. Dari itu, menyerahlah kalian setelah mendapati bukti yang memuaskan kalian ini, jika kalian memang benar-benar mau mencari kebenaran.
Dalam hal ini Allah SWT juga menantang pada ayat Lainya Yaitu  :
    Q.S Al-Baqorah : 23
قَالوَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. (2:23)

Q.S Yunus : 38
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Atau (patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya". Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar". ( 10:38 )

Q.S Ath-Thur : 34
فَلْيَأْتُوا بِحَدِيثٍ مِثْلِهِ إِنْ كَانُوا صَادِقِينَ
Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu jika mereka orang-orang yang benar. ( 52 : 34 )


B.     Penafsiran Al-quran Surat Hud Ayat 15-16

قَالَ مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَوٰةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمٰلَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ ﴿هود:١٥﴾ أُو۟لٰٓئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا۟ فِيهَا وَبٰطِلٌ مَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ ﴿هود:١٦﴾
Artinya :
Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. (11: 15)
Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (11: 16)

Kedua ayat ini menjelaskan tentang salah satu akar terpenting dari penentangan terhadap Rasulullah, yaitu masalah duniawi. Kedua ayat ini mengatakan, "Mereka mengejar kehidupan duniawiah dan ingin melakukan segala hal untuk mencari kelezatan hidup di dunia. Untuk itulah, mereka tidak mau mematuhi aturan-aturan Ilahi," Sangat wajar jika orang-orang seperti itu kemudian melangkahkan kakinya keluar dari batas-batas yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. Demi kenikmatan hidup di dunia, mereka mau melakukan berbagai dosa dan kezaliman.
Tentu saja, sangat mungkin orang-orang pengejar dunia itu melakukan berbagai kebaikan. Banyak kita temui orang-orang yang dikenal dermawan dan sering melakukan amal kebajikan, namun di saat yang sama mereka pun melakukan korupsi atau melanggar hak-hak orang lain. Motivasi orang-orang pengejar dunia dalam melakukan kebaikan bukanlah keridhaan Allah melainkan keuntungan duniawiah semata. Namun, amal kebaikan mereka itu tidak akan disia-siakan Allah dan Allah tetap memberi mereka balasan, namun terbatas di dunia saja. Kelak di hari akhirat, amal ibadah mereka tidak akan ada artinya.
Mereka itulah orang-orang yang membatasi diri dengan hanya memikirkan kepentingan dunia. Karenanya, di akhirat kelak mereka tidak akan mendapatkan apa-apa selain siksa api neraka. Sungguh, apa yang mereka lakukan di dunia tidak akan mendatangkan manfaat karena, di samping di akhirat nanti mereka tidak mendapatkan bagian apa-apa, juga karena perbuatan mereka itu sendiri pada hakikatnya tidak berguna. Sebab, perbuatan yang tidak memberikan kebahagiaan abadi sebenarnya sama saja dengan tidak pernah ada.[5]


III
KESIMPULAN
Dari Surah Hud ayat 13 – 16  tadi terdapat pelajaran yang dapat kita simpulksn sebagai berikut :
1.      Al-Quran bukanlah hasil dari ilmu filsafat atau ilmu pengetahuan alam manusia, melainkan berasal dari ilmu tak berhingga yang dimiliki Allah Swt. Oleh karena itulah kandungan isinya tidak terbatas oleh masa, tempat, ras, atau generasi.

2.      Kekafiran dan keragu-raguan yang disebarkan oleh musuh-musuh Islam jangan sampai  membuat kita meragukan kebenaran al-Quran dan risalah Nabi Muhammad Saw.

3.      Nilai amal ibadah kita tergantung dari motivasi dan tujuannya. Sebuah perbuatan baik, jika tidak diniatkan untuk mencari ridha, tidak ada artinya di mata Allah.

4.      Tuhan itu adil dan amal baik orang-orang pengejar dunia tidak akan sia-sia saja. Namun, pahala yang diberikan Allah kepada mereka hanya terbatas di dunia yang singkat dan tak bernilai ini. Amal-amal baik tanpa niat demi keridhaan Allah, tidak akan bisa menyelamatkan manusia di alam akhirat kelak.

5.      Para pengejar dunia akan datang ke alam akhirat dengan tangan kosong dan tempat mereka adalah di neraka. Jika mereka hanya mementingkan dunia.




DAFTAR PUSTAKA
Al-Quranul Karim wa tarjamtu Maaniyah ila lughotil Indunisia,  ( Madinah Munawarah : Mujamma Al-Malik Fahd li thiba’at al-Mushaf )
Abdullah Muhammad, Abu, Tafsir Jamiul ahkami Al-Quran ( Maktabah Syamilah : Darul            kitab     Mesir, 2003 )
Manupraba, Wisnu, Tafsirq , diakses dari https://tafsirq.com/11-hud/ayat-16, Pada tanggal 25        Maret pukul 08.12
Muhammad Al-Mahali, Jalaludin dan Abdurahman Assuyuti,  Tafsir Al-Qur’an al-Adzhim Lil .        imaamaini Al-Jalaalaini, (Surabaya : Maktabatu daarur rahman)
Shuhab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah, Kesan dan keserasian Al-quran ( Jakarta : Lentera .           hati, 2002)



[1] Al-Quranul Karim wa tarjamtu Maaniyah ila lughotil Indunisia,  ( Madinah Munawarah : Mujamma Al-Malik Fahd li thiba’at al-Mushaf )
[2] Jalaludin Muhammad Al-Mahali dan Abdurahman Assuyuti,  Tafsir Al-Qur’an al-Adzhim Lil imaamaini Al-Jalaalaini, (Surabaya : Maktabatu daarur rahman)
[3] M. Quraish Shuhab, Tafsir Al-Misbah, Kesan dan keserasian Al-quran ( Jakarta : Lentera hati, 2002)
[4] Abu Abdulah Muhammad, Tafsir Jamiul ahkami Al-Quran ( Maktabah Syamilah : Darul kitab Mesir, 2003 )
[5] Wisnu Manupraba, Tafsirq , diakses dari https://tafsirq.com/11-hud/ayat-16, Pada tanggal 25 Maret pukul 08.12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar