MAKALAH TAFSIR TAHLILI
“ Q.S HUD AYAT 13–16 ”
DOSEN PEMBIMBING :
Ust. H. Masrur Ichwan, M.A.
DISUSUN :
Muhammad Nur Assidiq Wijaya
FAKULTAS USHULLUDIN
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA
I
PENDAHULUAN
Al-Qur’an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah
tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang
didasarkan pada keimanan kepada Allah dan risalah-Nya. Juga memberitahukan hal
yang telah lalu, kejadian-kejadian yang sekarang serta berita-berita yang akan
datang.
Sebagian besar Al-Qur’an pada mulanya diturunkan untuk tujuan umum
ini, tetapi kehidupan para sahabat bersama Rasulullah telah menyaksikan banyak
peristiwa sejarah, bahkan kadang terjadi di antara mereka peristiwa khusus yang
memerlukan penjelasan hukum Allah atau masih kabur bagi mereka. Kemudian mereka
bertanya kepada Rasulullah untuk mengetahui hukum Islam mengenai hal itu. Maka
Al-Qur’an turun untuk peristiwa khusus tadi atau untuk pertanyaan yang muncul
itu.
Dan setelah sepeninggalan Rasulullah SAW berkembanglah problematika
dalam kehidupan yang belum ada pada zaman Rasulullah SAW. Sehingga banyak
sahabat yang menafsirkan Al-Quran dengan sepemahaman mereka.
Ilmu tafsir menurut beberapa ulama dibagi menjadi empat macam
yaitu, tafsir Tahlili, tafsir Ijmali, tafsir Muqaran, dan tafsir Mawdlu’i.
Namun, yang akan kita bahas kali ini yaitu tentang tafsir Tahlili dalam Surah
hud ayat 13 – 16.
Tafsir Tahlili adalah ilmu tafsir yang menafsirkan Al-Qur’an secara
detail dari mulai ayat demi ayat, surat demi surat ditafsirkan secara
berurutan, selain itu juga tafsir ini mengkaji Al-Qur’an dari semua segi dan
maknanya. Tafsir ini juga lebih sering digunakan dari pada tafsir-tafsir yang
lainnya.
II
PEMBAHASAN
A.
Penafsiran Al-quran Surat Hud Ayat 13-14
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ
فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ
مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
﴿هود:١٣﴾
فَإِلَّمْ يَسْتَجِيبُوا۟ لَكُمْ فَاعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَآ
أُنزِلَ بِعِلْمِ اللَّهِ وَأَن لَّآ إِلٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ فَهَلْ أَنتُم
مُّسْلِمُونَ ﴿هود:١٤﴾[1]
Artinya:
Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al
Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh
surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang
kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang
benar". (11: 13)
Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu)
itu maka ketahuilah, sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah,
dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri
(kepada Allah)? (11: 14)
Pada Ayat ini menyampaikan bahwa orang-orang Kafir bersikap keras
kepala terhadap Nabi Muhammad. Ayat ini juga mengisyaratkan salah satu di
antara sikap orang-orang kafir itu. Ayat ini mengatakan, "Mereka
menisbatkan Al-Quran kepada Nabi Muhammad dan mengklaim bahwa Al-quran adalah
buatan Nabi Muhammad”. Jawaban dari tuduhan ini adalah kalimat yang logis.
Jika memang Al-quran ini
adalah buatan seorang manusia yang tidak pernah belajar membaca-menulis, maka
tentunya kalian pun bisa membuat kitab semacam Al-Quran ini. Karena itu,
cobalah kalian membuat ayat-ayat yang menyerupai ayat Al-quran. Tantangan Allah
ini ditujukan untuk membuat semisal Al-quran dalam masalah kefasihan bahasa dan
kedalaman sastranya.[2]
Sesungguhnya dalam al-qur'ân terdapat bukti yang menegaskan
kebenaranmu. Jika mereka berkata, "Sesungguhnya kamulah yang menyusunnya,
atau kamu telah mengada-adakan kebohongan kepada Allah," maka katakanlah
kepada mereka, "Jika al-Qur'ân merupakan hasil karya manusia, tentu
manusia mampu membuat yang serupa dengan al-Qur'ân. Dan karena kalian adalah
para pujangga dan ahli sastera, cobalah membuat sepuluh surat yang sebanding
dengan al-qur'ân. Mintalah bantuan jin dan manusia yang dapat menolong kalian,
jika anggapan bahwa al-qur'ân adalah ucapan manusia itu benar.[3]
Hal yang menarik di dalam ayat ini adalah bahwa Allah Swt
memberikan keringanan. Ayat ini mengatakan, "Tidak perlu kalian membuat
114 surat seperti al-quran, melainkan cukup 10 surat saja." Selain itu,
ayat ini juga menyuruh orang-orang kafir itu untuk saling menolong satu sama
lain baik kepada pemimpin –pemimpin mereka atau pun para Ahli sastra[4] dalam
membuat ayat-ayat yang menyerupai al-quran. Namun kini setelah 14 abad berlalu,
terbukti tidak ada orang yang mampu membuat satu surat pun yang menyerupai
surat dalam al-quran. Hal ini merupakan salah satu dalil bahwa al-quran adalah
benar-benar wahyu ilahi.
Jika kalian dan mereka yang membantu kalian tidak mampu membuat
tandingan yang sebanding dengan al-Qur'ân, meskipun sekadar dibuat-buat, maka
ketahuilah bahwa al-Qur'ân itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan tak seorang
pun yang mengetahui ilmu-Nya itu. Dan ketahui pula bahwa sesungguhnya tidak ada
tuhan kecuali Allah. Tak satu pun, selain Allah, yang dapat melakukan
pekerjaan-Nya. Dari itu, menyerahlah kalian setelah mendapati bukti yang memuaskan
kalian ini, jika kalian memang benar-benar mau mencari kebenaran.
Dalam hal ini Allah SWT juga menantang pada ayat Lainya Yaitu :
Q.S Al-Baqorah : 23
قَالوَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ
عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ
دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal
Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu
orang-orang yang benar. (2:23)
Q.S Yunus : 38
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ
مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ
صَادِقِينَ
Atau (patutkah)
mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya". Katakanlah:
"(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat
seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk
membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar". ( 10:38 )
Q.S Ath-Thur : 34
فَلْيَأْتُوا بِحَدِيثٍ
مِثْلِهِ إِنْ كَانُوا صَادِقِينَ
Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran
itu jika mereka orang-orang yang benar. ( 52 : 34 )
B.
Penafsiran Al-quran Surat Hud Ayat 15-16
قَالَ مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَوٰةَ الدُّنْيَا
وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمٰلَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا
يُبْخَسُونَ ﴿هود:١٥﴾ أُو۟لٰٓئِكَ الَّذِينَ
لَيْسَ لَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا۟ فِيهَا
وَبٰطِلٌ مَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ ﴿هود:١٦﴾
Artinya :
Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya,
niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan
sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. (11: 15)
Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka
dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan
sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (11: 16)
Kedua ayat ini menjelaskan tentang salah satu akar terpenting dari
penentangan terhadap Rasulullah, yaitu masalah duniawi. Kedua ayat ini
mengatakan, "Mereka mengejar kehidupan duniawiah dan ingin melakukan
segala hal untuk mencari kelezatan hidup di dunia. Untuk itulah, mereka tidak
mau mematuhi aturan-aturan Ilahi," Sangat wajar jika orang-orang seperti
itu kemudian melangkahkan kakinya keluar dari batas-batas yang telah ditetapkan
Allah dan Rasul-Nya. Demi kenikmatan hidup di dunia, mereka mau melakukan
berbagai dosa dan kezaliman.
Tentu saja, sangat mungkin orang-orang pengejar dunia itu melakukan
berbagai kebaikan. Banyak kita temui orang-orang yang dikenal dermawan dan
sering melakukan amal kebajikan, namun di saat yang sama mereka pun melakukan
korupsi atau melanggar hak-hak orang lain. Motivasi orang-orang pengejar dunia
dalam melakukan kebaikan bukanlah keridhaan Allah melainkan keuntungan
duniawiah semata. Namun, amal kebaikan mereka itu tidak akan disia-siakan Allah
dan Allah tetap memberi mereka balasan, namun terbatas di dunia saja. Kelak di
hari akhirat, amal ibadah mereka tidak akan ada artinya.
Mereka itulah orang-orang yang membatasi diri dengan hanya
memikirkan kepentingan dunia. Karenanya, di akhirat kelak mereka tidak akan
mendapatkan apa-apa selain siksa api neraka. Sungguh, apa yang mereka lakukan
di dunia tidak akan mendatangkan manfaat karena, di samping di akhirat nanti
mereka tidak mendapatkan bagian apa-apa, juga karena perbuatan mereka itu
sendiri pada hakikatnya tidak berguna. Sebab, perbuatan yang tidak memberikan
kebahagiaan abadi sebenarnya sama saja dengan tidak pernah ada.[5]
III
KESIMPULAN
Dari Surah Hud ayat 13 – 16 tadi terdapat pelajaran yang dapat kita
simpulksn sebagai berikut :
1.
Al-Quran
bukanlah hasil dari ilmu filsafat atau ilmu pengetahuan alam manusia, melainkan
berasal dari ilmu tak berhingga yang dimiliki Allah Swt. Oleh karena itulah
kandungan isinya tidak terbatas oleh masa, tempat, ras, atau generasi.
2.
Kekafiran
dan keragu-raguan yang disebarkan oleh musuh-musuh Islam jangan sampai membuat kita meragukan kebenaran al-Quran dan
risalah Nabi Muhammad Saw.
3.
Nilai
amal ibadah kita tergantung dari motivasi dan tujuannya. Sebuah perbuatan baik,
jika tidak diniatkan untuk mencari ridha, tidak ada artinya di mata Allah.
4.
Tuhan
itu adil dan amal baik orang-orang pengejar dunia tidak akan sia-sia saja.
Namun, pahala yang diberikan Allah kepada mereka hanya terbatas di dunia yang
singkat dan tak bernilai ini. Amal-amal baik tanpa niat demi keridhaan Allah,
tidak akan bisa menyelamatkan manusia di alam akhirat kelak.
5.
Para
pengejar dunia akan datang ke alam akhirat dengan tangan kosong dan tempat
mereka adalah di neraka. Jika mereka hanya mementingkan dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quranul
Karim wa tarjamtu Maaniyah ila lughotil Indunisia, ( Madinah Munawarah : Mujamma Al-Malik Fahd li thiba’at al-Mushaf
)
Abdullah
Muhammad, Abu, Tafsir Jamiul ahkami Al-Quran ( Maktabah Syamilah : Darul kitab
Mesir, 2003 )
Manupraba,
Wisnu, Tafsirq , diakses dari https://tafsirq.com/11-hud/ayat-16,
Pada tanggal 25 Maret pukul 08.12
Muhammad Al-Mahali, Jalaludin dan
Abdurahman Assuyuti, Tafsir Al-Qur’an
al-Adzhim Lil . imaamaini
Al-Jalaalaini, (Surabaya : Maktabatu daarur rahman)
Shuhab,
M. Quraish, Tafsir Al-Misbah, Kesan dan keserasian Al-quran ( Jakarta
: Lentera . hati, 2002)
[1] Al-Quranul
Karim wa tarjamtu Maaniyah ila lughotil Indunisia, ( Madinah Munawarah : Mujamma Al-Malik Fahd
li thiba’at al-Mushaf )
[2]
Jalaludin Muhammad Al-Mahali dan Abdurahman Assuyuti, Tafsir Al-Qur’an al-Adzhim Lil imaamaini
Al-Jalaalaini, (Surabaya : Maktabatu daarur rahman)
[3] M.
Quraish Shuhab, Tafsir Al-Misbah, Kesan dan keserasian Al-quran ( Jakarta :
Lentera hati, 2002)
[4] Abu
Abdulah Muhammad, Tafsir Jamiul ahkami Al-Quran ( Maktabah Syamilah : Darul kitab Mesir, 2003 )
[5] Wisnu
Manupraba, Tafsirq , diakses dari https://tafsirq.com/11-hud/ayat-16,
Pada tanggal 25 Maret pukul 08.12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar