Living Al-Quran dan Hadits
(Buang Baju dalam Tradisi Primbon Sunda)
DOSEN PEMBIMBING :
Ust. A. Ubaydi Hasbillah M.A.
DISUSUN :
Muhammad Nur Assidiq Wijaya
FAKULTAS USHULLUDIN
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
Hadis
bagi umat Islam merupakan suatu yang penting karena di dalamnya terungkap
berbagai tradisi yang berkembang masa Rasulullah saw. Tradisi-tradisi yang
hidup masa kenabian tersebut mengacu kepada pribadi Rasulullah saw. sebagai
utusan Allah swt. Di dalamnya syarat akan berbagai ajaran Islam karenanya
keberlanjutannya terus berjalan dan berkembang sampai sekarang seiring dengan
kebutuhan manusia. Adanya keberlanjutan tradisi itulah sehingga umat manusia
zaman sekarang bisa memahami, merekam dan melaksanakan tuntunan ajaran Islam yang sesuai dengan apa
yang dicontohkan Nabi Muhammad saw.
Jika
mengacu kepada tradisi Rasulullah saw., yang sekarang oleh ulama hadis telah
dijadikan sebagai suatu yang terverbalkan sehingga memunculkan istilah hadis
dan untuk membedakan dengan istilah sunnah, maka di dalamnya syarat adanya
tatanan yang mapan dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara dan beragama. Figur
Nabi Muhammad saw. yang dijadikan tokoh sentral dan diikuti oleh masyarakat
sesudahnya. Sampai disini, istilah yang populer di kalangan masyarakat adalah
istilah hadis. Tentu, dalam istilah tersebut mengandung berbagai bentuk dan
meniscayakan adanya epistemologi yang beragam dalam kesejarahannya.
Namun,
apa yang terjadi di dalam persoalan seputar kodifikasi dan keilmuan hadis tidak
berhenti dalam Dimensi itu saja . Terkait erat dengan kebutuhan dan
perkembangan masyarakat yang semakin kompleks dan diiringi adanya keinginan
untuk melaksanakan ajaran Islam yang sesuai dengan yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad saw., maka hadis menjadi suatu yang hidup di masyarakat. Istilah yang
lazim dipakai untuk memaknai hal tersebut adalah living hadis.
Tulisan
ini akan membahas salah satu living hadis yang berkembang dalam tradisi Masyarakat Indonesia. Untuk sampai
pembahasan tentang bentuk dan living hadis apakah yang dikembangkan dalam
masyarakat Indonesia, maka penulis akan akan menguraikan tentang sekilas living
sunnah dalam Buang Baju di dalam sistem tradisi primbon Sunda .
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PRIMBON
SUNDA
Setiap
Negara di dunia memiliki cara meramalkan sesuatu dengan caranya sendiri
berdasarkan kepercayaan yang dianutnya. Begitu pula Indonesia memiliki beragam
kebudayaan dalam meramalkan sesuatu sesuai dengan adat dan budayanya.
Kebudayaan dalam ramalan berkembang di Indonesia salah satunya di Suku Sunda
yang berada di Pulau Jawa. Ramalan yang masih melekat pada Suku Sunda tersebut
lebih dikenal dengan sebutan Primbon Sunda.
Primbon
berasal dari kata dalam bahasa Jawa, yaitu bon (mbon atau mpon) yang berarti
induk. Kemudian kata tersebut mendapat awalan pri atau peri yang berfungsi
meluaskan kata dasar.Jadi, primbon dapat diartikan sebagai induk dari
kumpulan-kumpulan catatan.Catatan-catatan yang memuat pengetahuan penting itu
lalu dikumpulkan menjadi sebuah buku primbon sehingga catatan itu sampai
sekarang bisa dipelajari dengan mudah.
Banyak
hal yang dapat diramalkan melalui primbon sunda, mulai dari, rezeki, mimpi,
Perpanenan,ilmu pengobatan, jodoh, bahkan ramalan mengenai lama hidup seseorang
bisa diprediksi dengan perhitungan yang berpedoman pada aturan buku primbon
tersebut.
Dewasa
ini, kita harus mampu membedakan hal-hal yang bersifat ramalan dengan hal-hal
yang bersifat realistis karena tidak sepenuhnya ramalan sesuai dengan fakta
yang ada. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa mempelajari primbon sunda akan
mendatangkan manfaat bagi siapa saja yang mempelajarinya. Hal tersebut pun
karena primbon sunda dapat dipelajari secara rasional sesuai dengan ilmu
pengetahuan yang ada, yakni ilmu matematika.
Ramalan
Primbon sunda ini ditentukan berdasarkan hari lahir Seseorang yang diramalkan .
Namun, untuk megetahuinya diperlukan beberapa kode perhitungan. Sebagai berikut
:
a.
Lima
Hari Pasaran (Pancawara)
Hari-hari
pasaran merupakan posisi sikap (patrap) dari bulan .
1.
Kliwon
(Asih) melambangkan jumeneng atau berdiri.
2.
Legi
(Manis) melambangkan mungkur atau berbalik arah kebelakang.
3.
Pahing
(Pahit) melambangkan madep atau menghadap.
4.
Pon
(Petak) melambangkan sare atau tidur.
5.
Wage
(Cemeng) melambangkan lenggah atau duduk.
b.
Kode
Hari
Kode hari
merupakan kode dimana setiap hari kelahiran mempunyai pasangan angka
masing-masing.
1.
Jumat
: 6
2.
Sabtu
: 9
3.
Ahad :
5
4.
Senin
: 4
5.
Selasa
: 3
6.
Rabu
: 7
7.
Kamis
: 8
c.
Kode
Huruf
Kode huruf
merupakan kode dimana setiap huruf memiliki pasangan angkanya
masing-masing.Adapun pasangan-pasangan tersebut telah diatur dan disusun dalam
aturan aksara jawa yang tidak dapat diatur atau dirubah kembali.Berikut
merupakan pasangan-pasangan angka sesuai aturan aksara jawa.
KODE
HURUF
|
ANGKA
|
KODE
HURUF
|
ANGKA
|
Ha
|
1
|
Pa
|
11
|
Na
|
2
|
Dha
|
12
|
Ca
|
3
|
Ja
|
13
|
Ra
|
4
|
Ya
|
14
|
Ka
|
5
|
Nya
|
15
|
Da
|
6
|
Ma
|
16
|
Ta
|
7
|
Ga
|
17
|
Sa
|
8
|
Ba
|
18
|
Wa
|
9
|
Tha
|
19
|
La
|
10
|
Nga
|
20
|
Adapun kode huruf tersebut diambil dari aksara jawa yang dapat
dilihat sesuai gambar dibawah ini.
“Namun, untuk huruf vocal, karena tidak terdapat dalam aksara jawa
tersebut, maka untuk semua huruf vocal ( A, I, U, E, O) mempunyai nilai 0 dan
untuk huruf konsonan yang tidak terdapat dalam aksara jawa yaitu huruf F, Q, V,
X dan Z maka nilainya sama seperti
dengan huruf yang ada dalam aksara jawa tersebut yang mempunyai bunyi
pengucapan yang mirip”, tutur Kong Sabda, seorang ahli primbon[1].
Seperti huruf F dan V mempunyai bunyi pengucapan yang sama dengan
huruf P (Pa) yang artinya bahwa nilai dari F dan V sama dengan P yaitu 11.
Begitupun dengan huruf yang lainnya. Huruf Z sama dengan huruf J. huruf Q dan X sama dengan huruf K.
d.
Kode
Babasan
Kode babasan
merupakan kode yang nomor urutnya sangat berpengaruh. Kode ini digunakan
setelah hasil perhitungan dibagi 7 dan Jumlah sisanya dicocokan dengan no urut
pada kode ini, sehingga akan diketahui baik buruknya Hasil primbon seseorang .
1.
Nyusup ( Merangkak ) =
Buruk (100% Negatif)
2.
Mubuy
( Batu ) = Kurang Baik
(75 % Negatif – 25% Positif)
3.
Mangparang = Sangat Baik ( 100 % Positif )
4.
Numpang
( Menumpang ) = Baik (75% Positif – 25 % Negatif )
e.
Cara
Perhitungan.
( Hari Pasaran
+ Kode Hari + Kode Huruf = Kode Babasan
)
Contoh :
1.
Andi
Ingin Melihat Nasibny dengan Primbon
Sunda dan dia Lahir pada hari Jum’at Kliwon.
Maka dapat kita
ambil data :
·
Hari
Pasaran = Kliwon = 1
·
Kode
Hari =
Jum’at =
6
·
Kode
Huruf =
a + n + d + i = 0 + 2 + 6 + 0 = 8
( 1
+ 6 + 8 = 15 Kode Babasan ) Jadi dari hasil contoh diatas
adalah 15 kode babasan. yang dimana kode babasan yang ke 15 adalah Mangparang
Yang berarti sangat baik.
2.
Susan Ingin membuka Usaha pada Bulan depan yaitu pada hari minggu
wage dan dia melihat apakah hari itu bagus untuk membuka usaha untuk
dirinya.
Maka dapat kita
ambil data :
·
Hari
Pasaran = Legi =
2
·
Kode
Hari =
Minggu =
5
·
Kode
Huruf =
s + u + sa + n = 8 + 0 + 8 + 2 = 18
(2 +
5 + 18 = 25 Kode Babasan ) Jadi dari hasil contoh diatas adalah 25 kode
babasan. yang dimana kode babasan yang ke 25 adalah Nyusup yang berarti sangat
Buruk.
Dari Contoh diatas kita mendaptkan hasil
baik buruknya seseorang dapat kita tentukan dengan perhitungan primbon ini.
Tentu ini sangat bertentangan dengan Ajaran Agama islam bahwa tidak ada yang
namanya Hari, tanggal bulan bahkan tahun yang Buruk / Membawa sial. Di sini
orang-orang yang masih mengamalkan nya pun terbilang hanya orang-orang sepuh
yang masih memegang kepercayaan dari para leluhurnya. Jadi, masyarakat sekarang
pun sudah jarang yang memakai Primbon sunda ini, tapi walau ada sebagian
Masyarakat yang masih memperaktekan Hitungan seperti ini.
f.
Penangkal
Nyusup dan Mubuy.
Dalam
Tradisi Primbon sunda ini seseorang akan mendapatkan Nasib baik dan buruknya
Tergantung pengitungan Primbon diatas . dan uniknya lagi. Terdapat penangkal
bila seseorang mendapatkan Nasib yang buruk atau pengitungan yang mengarahkan
pada kesialan yaitu Nyusuf dan mubuy . Yaitu dengan Buang baju .
Buang baju adalah Aturan yang
ditetapkan oleh Primbon sunda sebagai penangkal atau menolak Kesialan bagi
orang-orang yang mendapatkan Nyusup dan Mubuy . yaitu dengan cara Membuang
(Memberikan) baju kepada orang-orang yang membutuhkan. Sebenarnya tidak hanya
baju tapi boleh hal lain yang memang di miliki oleh seseorang yang memiliki
hajat baik itu baju, makanan pokok atau barang yang memang bermanfaat untuk orang lain. Disebut
buang baju karna identiknya yang sering digunakan dengan itu atau filosofinya
adalah salah satu benda yang sangat dekat dengan Pemiliknya.[2]
B.
PANDANGAN
ISLAM TENTANG PRIMBON
Primbon yang berisi tentang
ramalan-ramalan, kelahiran, perhitungan hari baik dan buruk, serta perjodohan
hukumnya adalah tidak benar. Islam tidak mengajarkan tentang berpegang pada
waktu tertentu baik itu jam, hari, bulan, atau pasaran (Pon, Wage, dll.) untuk
memulai sesuatu yang baik. Islam mengajarkan agar membaca Basmalah untuk
memulai pekerjaan yang baik kapanpun itu.
Dalam
sebuah hadits yang statusnya hasan lighairihi disebutkan:
“Setiap perbuatan baik yang tidak diawali dengan bismillah adalah
terputus” (HR. Ibn Hibban)
Yang dimaksud
dari bacaan diatas adalah untuk menggantungkan semuanya kepada Allah SWT dan
segala sesuatu yang terjadi hanya karena izin-Nya. Prasangka kita terhadap
Allah akan kembali pada diri kita sendiri, begitulah yang disebutkan dalam
salah satu hadits qudsi.
Diislam sendiri
kita tidak dibolehkan menghukumi ada hari sial atau tanggal sial. Dalam kajian
masalah aqidah, berkeyakinan sial karena melihat peristiwa tertentu atau
terhadap hari tertentu disebut thiyarah atau tathayur. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menyebut perbuatan ini sebagai kesyirikan. Sebenarnya
keyakinan ini sama persis dengan keyakinan masyarakat jahiliyah masa silam.
Dalam rangka
penjagaan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam akan kemurnian tauhid dan
pembentengan beliau yang agung terhadap sisi tauhid dari segala perkara yang
hanya merupakan prasangka-prasangka yang batil dan dugaan-dugaan yang hanya
merupakan khayalan semata, maka dalam hadits 'Imron beliau bersabda ;
لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ أَوْ
تُطُيِّرَ لَهُ أَوْ تَكَهَّنَ أَوْ تُكُهِّنَ لَهُ أَوْ سَحَرَ أَوْ سُحِرَ لَهُ
"Bukan dari kami orang yang melakukan tathoyyur (yaitu
mengkaitkan nasib sial dengan sesuatu yang dilihat atau didengar-pen) atau
dilakukan tathoyyur untuknya, atau melakukan praktik perdukunan atau dilakukan
praktik perdukunan untuknya, atau melakukan sihir atau dilakukan praktik sihir
baginya ( HR Al-Bazzaar dan sanadnya hasan )
Dan didalam hadits Mu'awiyah bin Al-Hakam As-Sulami, ia berkata :
يَا رَسُوْلَ اللهِ أُمُوْرٌ كُنَّا
نَصْنَعُهَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ، كُنَّا نَأْتِي الْكُهَّانَ
"Wahai Rasulullah, ada perkara-perkara yang dahulu kami
melakukannya di masa jahiliyah. Kami dahulu mendatangi para dukun. فَلاَ تَأْتُوا
الْكُهَّانَ “Maka janganlah kalian mendatangi para
dukun" Aku berkata, كُنَّا
نَتَطَيَّر "Kami dahulu bertathoyyur (merasa
mendapatkan nasib sial) !" Beliau
berkata, ذَاكَ شَيْءٌ
يَجِدُهُ أَحَدُكُمْ فِي نَفْسِهِ فَلاَ يَصُدَنَّكُمْ "Itu
adalah Sesuatu yang salah seorang dari kalian mendapatinya dalam dirinya maka
jangan sampai menghalangi kalian (dari kegiatan kalian)" (HR Muslim)
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, dan
At-Tirmidzi dari hadits Ibnu Mas'ud,
Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam-juga bersabda :
الطِّيَرَةُ شِرْكٌ
"Tathoyyur (meyakini mendapat kesialan) adalah suatu
kesyirikan"
Dan yang terakhir, Yakinlah bahwasanya seluruh perkara adalah di
tangan Allah -subhanahu wa ta’ala-, dan hanya terjadi karena takdirNya dan
ketentuanNya. Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda :
لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ وَلاَ
هَامَّةَ وَلاَ صَفَرَ
"Tidak ada penyakit menular (yang menular dengan sendirinya),
tidak ada tathoyyur (nasib sial), tidak ada haammah (burung hantu yang memberi
kemudaratan tanpa seizin Allah) dan tidak ada (kesialan) di bulan Shafar." HR Al-Bukhari dan Muslim.
Namun, sayangnya
pada masa sekarang masyarakat telah biasa dengan tradisi tersebut. Sehingga,
menggeser pola pikir masyarakat bahwa diramal atau mempercayai ramalan adalah
sesuatu yang sangat biasa. Padahal dalam Islam perbuatan itu diharamkan oleh
Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ
عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
“Barang siapa yang mendatangi seorang peramal, lalu menanyakan
kepadanya tentang satu ramalan maka tidak akan diterima shalatnya selama empat
puluh malam.”(HR Muslim)
Orang yang
mempercayai ramalan adalah orang yang kufur terhadap apa yang telah di wahyukan
kepada Nabi Muhammad Saw. Ramalan tersebut telah mendahuli sesuatu yang telah
menjadi rahasia Allah SWT. Dan sesungguhnya rahasia Allah SWT tidak akan pernah
bisa diketahui oleh siapapun. Mempercayai ramalan akan menjadikan orang
tersebut kufur kepada Allah SWT. Karena ia telah menduakan Allah SWT. Padahal,
Allah-lah yang maha luas ilmunya. Barang siapa yang mempercayai ramalan maka ia
telah berbuat syirik kepada Allah SWT.
“Barang siapa
yang membatalkan maksud keperluannya karena ramalan mujur-sial maka dia telah
syirik kepada Allah. Para sahabat bertanya “Apakah penebusnya, ya Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Ucapkanlah, “Ya Allah, tiada kebaikan kecuali kebaikan-Mu,
dan tiada kesialan kecuali yang Engkau timpakan dan tidak ada Tuhan kecuali
Engkau.” (HR Ahmad)
Perkara dimasa
datang adalah perkara yang menjadi kekhususan Allah SWT. Tidak pantas setiap
makhluk menerka-nerka apa yang akan terjadi di masa selanjutnya melalui ramalan
atau semacamnya. Cukuplah seorang muslim meyakini bahwa segala sesuatu telah
ditakdirkan oleh Allah SWT. Kita hanya berusaha dan disertai tawakal.
إِنَّ الَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ
السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ ۖوَمَا تَدْرِي
نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖوَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ
ۚإِنَّ الَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya : Sesungguhnya
Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat dan Dia-lah
Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada
seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya
besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.[3]
KH. Musthofa
Bisyri(2006: 201-202) menegaskan bahwa penggunakan buku-buku primbon dalam
kaitan dengan ibadah seorang muslim adalah tidak benar. Beliau juga menyatakan bahwa
buku-buku tersebut hanyalah tuntutan “perdukunan” belaka, karena para dukun
sering merajuk pada buku-buku sejenis itu[4]
Dari ini berarti dapat
kita simpulkan sesungguhnya bahwa primbon yang menyatakan tentang sebuah
keburukan dan kebaikan itu sesuatu yang haram dalam islam. Baik primbon dari
mana pun dan bentuknya yang seperti apapun. Dan tidak ada seorang pun yang
mengetahuan sesuatu hal yang Ghaib kecuali Allah SWT. Sebagiman firmannya :
قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ
"Katakanlah: "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi
yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah"." (QS. Al-naml: 65)
C.
LIVING
HADIST DIDALAM PRIMBON SUNDA
Tentu
jika kita melihat dari keterangan di atas bahwa primbon (تَطَيَّرَ) merupakan
sesuatu hal yang dilarang di dalam islam. Sesuatu yang tidak bisa dijadikan
sebuah ukuran dalam menuntukan takdir seseorang. Tetapi siapa sangka bahwa Adat
penghitungan primbon sunda ini mengandung sebuang pelivingan Hadits Nabi SAW.
Yaitu :
الصدقة تدفع
المصائب والأمراض
Sedekah itu Menolak berbagai Musibah
dan macam Penyakit.
Sebagaimana
keterangan di atas bahwa Cara penangkalan Mubuy dan Nyusup (Perkara yang Buruk)
Yaitu dengan Buang Baju yang dapat Menjadi sebuah penangkal dalam mendapat
musibah (segala hal yang buruk ). Jadi dapat diartikan bahwa Buang baju adalah Perkara
yang kosepnya sama dengan Sedekah yaitu Memberikan
sesuatu kepada orang lain secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu
dan jumlah tertentu. Jadi ada suatu Hadits yang dihidupkan Secara Khas Oleh
suatu Masyarakat Sunda yang menggunakan Primbon. Walau Memang Primbon ini,
sesuatu yang dilarang dalam Islam.
Jadi
ketika Buang baju itu kita artikan menjadi sebuah Sedekah banyak manfaat yang
dapat didapatkan Ketika seseorang menerangkan konsep buang baju ini diantaranya
:
I.
Menghapus
Dosa.
Imam Nawawi menulis di kitab beliau “Al-Adzkâr an-Nawawiyyah”
sebuah hadits yang menjelaskan bahwa sedekah dapat menghapus kesalahan, noda
atau dosa yang pernah kita lakukan.
وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيْئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ
النَّارَ
Sedekah dapat menghapus dosa
sebagaimana air memadamkan api. (HR Tirmidzi)
II.
Memadamkan
Siksa Kubur
إنَّ الصَّدَقَةَ لَتُطْفِئُ عَنْ أَهْلِهَا حَرَّ اْلقُبُوْرِ
وإنَّمَا يَسْتَظِلُّ الْمُؤْمِنُ يَوْمَ القِيَامَةِ فِيْ ظِلِّ صَدَقَتِهِ
Sedekah memadamkan panasnya siksaan
kubur. Sesungguhnya orang mukmin akan mendapat naungan di Hari Kiamat di dalam
naungan sedekahnya. (HR Thabrani)
III.
Benteng
dari Api Neraka
اِتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ
Bentengilah (jauhkanlah) diri kalian
dari neraka, walau dengan sebiji kurma. (Muttafaq ‘alayh)
IV.
Masuk
Surga dari Pintu Sedekah
مَنْ أَنْفَقَ زَوْجَيْنِ فِي سَبِيلِ اللهِ نُودِىَ فِي الْجَنَّةِ
يَا عَبْدَ اللهِ هَذَا خَيْرٌ. فَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّلاَةِ دُعِيَ مِنْ
بَابِ الصَّلاَةِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجِهَادِ دُعِيَ مِنْ بَابِ
الْجِهَادِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّدَقَةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّدَقَةِ
وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصِّيَامِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الرَّيَّانِ
Artinya : Orang yang menginfakkan
dua harta di jalan Allah, maka akan dipanggil oleh salah satu pintu surga,
“Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan.” Yang berasal dari
golongan yang suka mendirikan shalat, akan dipanggil dari pintu shalat. Yang
berasal dari kalangan mujahid, akan dipanggil dari pintu jihad. Yang berasal
dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah. Yang
ahli puasa akan dipanggil dari pintu Rayyan.” (Muttafaq ‘alayh. Adapun lafazh
hadits menurut riwayat Imam Muslim)
Didalam
Al-quran pun di sebutkan bahwa dengan sedekah seseorang akan mendapatkan
ketentraman Hati dan diterima taubatnya juga disitupun dijelaskan bahwa hanya
Allah lah yang mengetahui akan hal-hal yang Ghaib sebagaimana di dalam Al-Quran
Surat At-taubah sebagai berikut :
*خذْ مِنْ
أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ
إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
* أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ
عِبَادِهِ وَيَأْخُذُ الصَّدَقَاتِ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
* وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ
وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ، «سورة التوبة: الآيات 103- 105»،
Artinya :
# Ambillah zakat dari sebagian harta
mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan
mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman
jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
# Tidaklah mereka mengetahui,
bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat
dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?
# Dan Katakanlah: "Bekerjalah
kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu
itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang
ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan
BAB III
PENUTUP
Dapat
kita Ambil kesimpulkan bahwa Primbon sunda ini adalah suatu tradisi yang
dilakukan oleh orang sunda Untuk menentukan hari baik dan buruk baik Ketika
akan menentukan hari pernikahan, Usaha, dan perpanenan atau sesuatu hal yang
lain dalam Segala urusan. Yang dimana memang primbon (تَطَيَّرَ) itu tidak di
benarkan didalam islam, tapi didalam prakteknya terdapat pelivingan hadits nabi
saw yaitu hadits tentang sedekah. Yang konsepnya sama dalam primbon sunda ini
yang dikenal dengan Buang Baju yaitu untuk menolak segala musibah atau bencana
yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
·
Kong
sabda , Kakek sepuh seorang ahli dalam primbon sunda di daerah ciamis
·
Nenek
Isoh, Istri kong sabda yang juga merupakan
ahli dalam primbon sunda
·
Studi
kitab Primbon Imam Mudin karya KH. Bisri Mustofa, Rembang
[1]
Kong Sabda Seherman , Seorang ahli
primbon diciamis.
[2]
Nenek Isoh , Istri dari kong sabda suherman.
[3] Maksudnya:
manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya
besok atau yang akan diperolehnya, namun demikian mereka diwajibkan berusaha.
[4] Studi
kitab Primbon Imam Mudin karya KH. Bisri Mustofa, Rembang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar