Rabu, 02 Mei 2018

Buang Baju dalam Tradisi Primbon Sunda


Living Al-Quran dan Hadits
(Buang Baju dalam Tradisi Primbon Sunda)











DOSEN PEMBIMBING :
Ust. A. Ubaydi Hasbillah M.A.

DISUSUN :
Muhammad Nur Assidiq Wijaya

FAKULTAS USHULLUDIN
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
            Hadis bagi umat Islam merupakan suatu yang penting karena di dalamnya terungkap berbagai tradisi yang berkembang masa Rasulullah saw. Tradisi-tradisi yang hidup masa kenabian tersebut mengacu kepada pribadi Rasulullah saw. sebagai utusan Allah swt. Di dalamnya syarat akan berbagai ajaran Islam karenanya keberlanjutannya terus berjalan dan berkembang sampai sekarang seiring dengan kebutuhan manusia. Adanya keberlanjutan tradisi itulah sehingga umat manusia zaman sekarang bisa memahami, merekam dan melaksanakan  tuntunan ajaran Islam yang sesuai dengan apa yang dicontohkan Nabi Muhammad saw.
Jika mengacu kepada tradisi Rasulullah saw., yang sekarang oleh ulama hadis telah dijadikan sebagai suatu yang terverbalkan sehingga memunculkan istilah hadis dan untuk membedakan dengan istilah sunnah, maka di dalamnya syarat adanya tatanan yang mapan dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara dan beragama. Figur Nabi Muhammad saw. yang dijadikan tokoh sentral dan diikuti oleh masyarakat sesudahnya. Sampai disini, istilah yang populer di kalangan masyarakat adalah istilah hadis. Tentu, dalam istilah tersebut mengandung berbagai bentuk dan meniscayakan adanya epistemologi yang beragam dalam kesejarahannya.
Namun, apa yang terjadi di dalam persoalan seputar kodifikasi dan keilmuan hadis tidak berhenti dalam Dimensi itu saja . Terkait erat dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat yang semakin kompleks dan diiringi adanya keinginan untuk melaksanakan ajaran Islam yang sesuai dengan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw., maka hadis menjadi suatu yang hidup di masyarakat. Istilah yang lazim dipakai untuk memaknai hal tersebut adalah living hadis.
Tulisan ini akan membahas salah satu living hadis yang berkembang dalam  tradisi Masyarakat Indonesia. Untuk sampai pembahasan tentang bentuk dan living hadis apakah yang dikembangkan dalam masyarakat Indonesia, maka penulis akan akan menguraikan tentang sekilas living sunnah dalam Buang Baju di dalam sistem tradisi primbon Sunda .







BAB II
PEMBAHASAN
A.    PRIMBON SUNDA
Setiap Negara di dunia memiliki cara meramalkan sesuatu dengan caranya sendiri berdasarkan kepercayaan yang dianutnya. Begitu pula Indonesia memiliki beragam kebudayaan dalam meramalkan sesuatu sesuai dengan adat dan budayanya. Kebudayaan dalam ramalan berkembang di Indonesia salah satunya di Suku Sunda yang berada di Pulau Jawa. Ramalan yang masih melekat pada Suku Sunda tersebut lebih dikenal dengan sebutan Primbon Sunda.
Primbon berasal dari kata dalam bahasa Jawa, yaitu bon (mbon atau mpon) yang berarti induk. Kemudian kata tersebut mendapat awalan pri atau peri yang berfungsi meluaskan kata dasar.Jadi, primbon dapat diartikan sebagai induk dari kumpulan-kumpulan catatan.Catatan-catatan yang memuat pengetahuan penting itu lalu dikumpulkan menjadi sebuah buku primbon sehingga catatan itu sampai sekarang bisa dipelajari dengan mudah.
Banyak hal yang dapat diramalkan melalui primbon sunda, mulai dari, rezeki, mimpi, Perpanenan,ilmu pengobatan, jodoh, bahkan ramalan mengenai lama hidup seseorang bisa diprediksi dengan perhitungan yang berpedoman pada aturan buku primbon tersebut.
Dewasa ini, kita harus mampu membedakan hal-hal yang bersifat ramalan dengan hal-hal yang bersifat realistis karena tidak sepenuhnya ramalan sesuai dengan fakta yang ada. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa mempelajari primbon sunda akan mendatangkan manfaat bagi siapa saja yang mempelajarinya. Hal tersebut pun karena primbon sunda dapat dipelajari secara rasional sesuai dengan ilmu pengetahuan yang ada, yakni ilmu matematika.
Ramalan Primbon sunda ini ditentukan berdasarkan hari lahir Seseorang yang diramalkan . Namun, untuk megetahuinya diperlukan beberapa kode perhitungan. Sebagai berikut :
a.       Lima Hari Pasaran (Pancawara)
Hari-hari pasaran merupakan posisi sikap (patrap) dari bulan .
1.      Kliwon (Asih) melambangkan jumeneng atau berdiri.
2.      Legi (Manis) melambangkan mungkur atau berbalik arah kebelakang.
3.      Pahing (Pahit) melambangkan madep atau menghadap.
4.      Pon (Petak) melambangkan sare atau tidur.
5.      Wage (Cemeng) melambangkan lenggah atau duduk.

b.      Kode Hari
Kode hari merupakan kode dimana setiap hari kelahiran mempunyai pasangan angka masing-masing.


1.      Jumat             : 6
2.      Sabtu             : 9
3.      Ahad             : 5
4.      Senin             : 4
5.      Selasa            : 3
6.      Rabu              : 7
7.      Kamis            : 8


c.       Kode Huruf
Kode huruf merupakan kode dimana setiap huruf memiliki pasangan angkanya masing-masing.Adapun pasangan-pasangan tersebut telah diatur dan disusun dalam aturan aksara jawa yang tidak dapat diatur atau dirubah kembali.Berikut merupakan pasangan-pasangan angka sesuai aturan aksara jawa.

KODE HURUF
ANGKA
KODE HURUF
ANGKA
Ha
1
Pa
11
Na
2
Dha
12
Ca
3
Ja
13
Ra
4
Ya
14
Ka
5
Nya
15
Da
6
Ma
16
Ta
7
Ga
17
Sa
8
Ba
18
Wa
9
Tha
19
La
10
Nga
20


Adapun kode huruf tersebut diambil dari aksara jawa yang dapat dilihat sesuai gambar dibawah ini.

“Namun, untuk huruf vocal, karena tidak terdapat dalam aksara jawa tersebut, maka untuk semua huruf vocal ( A, I, U, E, O) mempunyai nilai 0 dan untuk huruf konsonan yang tidak terdapat dalam aksara jawa yaitu huruf F, Q, V, X dan Z  maka nilainya sama seperti dengan huruf yang ada dalam aksara jawa tersebut yang mempunyai bunyi pengucapan yang mirip”, tutur Kong Sabda, seorang ahli primbon[1].
Seperti huruf F dan V mempunyai bunyi pengucapan yang sama dengan huruf P (Pa) yang artinya bahwa nilai dari F dan V sama dengan P yaitu 11. Begitupun dengan huruf yang lainnya. Huruf Z sama dengan huruf J. huruf  Q dan X sama dengan huruf K.

d.      Kode Babasan
Kode babasan merupakan kode yang nomor urutnya sangat berpengaruh. Kode ini digunakan setelah hasil perhitungan dibagi 7 dan Jumlah sisanya dicocokan dengan no urut pada kode ini, sehingga akan diketahui baik buruknya Hasil primbon seseorang .

1.      Nyusup  ( Merangkak )           = Buruk            (100% Negatif)            
2.      Mubuy ( Batu )                       = Kurang Baik  (75 % Negatif – 25% Positif)
3.      Mangparang                            = Sangat Baik              ( 100 % Positif )
4.      Numpang ( Menumpang )       = Baik                          (75% Positif – 25 % Negatif )

e.       Cara Perhitungan.

( Hari Pasaran + Kode Hari + Kode Huruf  = Kode Babasan )

Contoh :
1.      Andi Ingin Melihat Nasibny dengan Primbon Sunda dan dia Lahir pada hari Jum’at Kliwon.

Maka dapat kita ambil data :

·         Hari Pasaran    = Kliwon                                             = 1
·         Kode Hari       = Jum’at                                              = 6
·         Kode Huruf    = a + n + d + i =  0 + 2 + 6 + 0           = 8
( 1 + 6 + 8  = 15  Kode Babasan ) Jadi dari hasil contoh diatas adalah 15 kode babasan. yang dimana kode babasan yang ke 15 adalah Mangparang Yang berarti sangat baik.

2.      Susan Ingin membuka Usaha pada Bulan depan yaitu pada hari minggu wage dan dia melihat apakah hari itu bagus untuk membuka usaha untuk dirinya.

Maka dapat kita ambil data :

·         Hari Pasaran    = Legi                                                  = 2
·         Kode Hari       = Minggu                                            = 5
·         Kode Huruf    = s + u + sa + n =  8 + 0 + 8 + 2         = 18
(2 + 5 + 18 = 25 Kode Babasan ) Jadi dari hasil contoh diatas adalah 25 kode babasan. yang dimana kode babasan yang ke 25 adalah Nyusup yang berarti sangat Buruk.
      Dari Contoh diatas kita mendaptkan hasil baik buruknya seseorang dapat kita tentukan dengan perhitungan primbon ini. Tentu ini sangat bertentangan dengan Ajaran Agama islam bahwa tidak ada yang namanya Hari, tanggal bulan bahkan tahun yang Buruk / Membawa sial. Di sini orang-orang yang masih mengamalkan nya pun terbilang hanya orang-orang sepuh yang masih memegang kepercayaan dari para leluhurnya. Jadi, masyarakat sekarang pun sudah jarang yang memakai Primbon sunda ini, tapi walau ada sebagian Masyarakat yang masih memperaktekan Hitungan seperti ini.
f.       Penangkal Nyusup dan Mubuy.
            Dalam Tradisi Primbon sunda ini seseorang akan mendapatkan Nasib baik dan buruknya Tergantung pengitungan Primbon diatas . dan uniknya lagi. Terdapat penangkal bila seseorang mendapatkan Nasib yang buruk atau pengitungan yang mengarahkan pada kesialan yaitu Nyusuf dan mubuy . Yaitu dengan Buang baju .
            Buang baju adalah Aturan yang ditetapkan oleh Primbon sunda sebagai penangkal atau menolak Kesialan bagi orang-orang yang mendapatkan Nyusup dan Mubuy . yaitu dengan cara Membuang (Memberikan) baju kepada orang-orang yang membutuhkan. Sebenarnya tidak hanya baju tapi boleh hal lain yang memang di miliki oleh seseorang yang memiliki hajat baik itu baju, makanan pokok atau barang yang  memang bermanfaat untuk orang lain. Disebut buang baju karna identiknya yang sering digunakan dengan itu atau filosofinya adalah salah satu benda yang sangat dekat dengan Pemiliknya.[2]

B.     PANDANGAN ISLAM TENTANG PRIMBON

Primbon yang berisi tentang ramalan-ramalan, kelahiran, perhitungan hari baik dan buruk, serta perjodohan hukumnya adalah tidak benar. Islam tidak mengajarkan tentang berpegang pada waktu tertentu baik itu jam, hari, bulan, atau pasaran (Pon, Wage, dll.) untuk memulai sesuatu yang baik. Islam mengajarkan agar membaca Basmalah untuk memulai pekerjaan yang baik kapanpun itu.
Dalam sebuah hadits yang statusnya hasan lighairihi disebutkan:
“Setiap perbuatan baik yang tidak diawali dengan bismillah adalah terputus” (HR. Ibn Hibban)
            Yang dimaksud dari bacaan diatas adalah untuk menggantungkan semuanya kepada Allah SWT dan segala sesuatu yang terjadi hanya karena izin-Nya. Prasangka kita terhadap Allah akan kembali pada diri kita sendiri, begitulah yang disebutkan dalam salah satu hadits qudsi.
            Diislam sendiri kita tidak dibolehkan menghukumi ada hari sial atau tanggal sial. Dalam kajian masalah aqidah, berkeyakinan sial karena melihat peristiwa tertentu atau terhadap hari tertentu disebut thiyarah atau tathayur. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut perbuatan ini sebagai kesyirikan. Sebenarnya keyakinan ini sama persis dengan keyakinan masyarakat jahiliyah masa silam.
Dalam rangka penjagaan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam akan kemurnian tauhid dan pembentengan beliau yang agung terhadap sisi tauhid dari segala perkara yang hanya merupakan prasangka-prasangka yang batil dan dugaan-dugaan yang hanya merupakan khayalan semata, maka dalam hadits 'Imron beliau bersabda ;

لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ أَوْ تُطُيِّرَ لَهُ أَوْ تَكَهَّنَ أَوْ تُكُهِّنَ لَهُ أَوْ سَحَرَ أَوْ سُحِرَ لَهُ
"Bukan dari kami orang yang melakukan tathoyyur (yaitu mengkaitkan nasib sial dengan sesuatu yang dilihat atau didengar-pen) atau dilakukan tathoyyur untuknya, atau melakukan praktik perdukunan atau dilakukan praktik perdukunan untuknya, atau melakukan sihir atau dilakukan praktik sihir baginya ( HR Al-Bazzaar dan sanadnya hasan )

Dan didalam hadits Mu'awiyah bin Al-Hakam As-Sulami, ia berkata :

يَا رَسُوْلَ اللهِ أُمُوْرٌ كُنَّا نَصْنَعُهَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ، كُنَّا نَأْتِي الْكُهَّانَ
"Wahai Rasulullah, ada perkara-perkara yang dahulu kami melakukannya di masa jahiliyah. Kami dahulu mendatangi para dukun.  فَلاَ تَأْتُوا الْكُهَّانَ  “Maka janganlah kalian mendatangi para dukun"   Aku berkata,  كُنَّا نَتَطَيَّر  "Kami dahulu bertathoyyur (merasa mendapatkan nasib sial) !"  Beliau berkata,  ذَاكَ شَيْءٌ يَجِدُهُ أَحَدُكُمْ فِي نَفْسِهِ فَلاَ يَصُدَنَّكُمْ  "Itu adalah Sesuatu yang salah seorang dari kalian mendapatinya dalam dirinya maka jangan sampai menghalangi kalian (dari kegiatan kalian)" (HR Muslim)

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi dari hadits Ibnu Mas'ud,  Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam-juga bersabda :

الطِّيَرَةُ شِرْكٌ
"Tathoyyur (meyakini mendapat kesialan) adalah suatu kesyirikan"

Dan yang terakhir, Yakinlah bahwasanya seluruh perkara adalah di tangan Allah -subhanahu wa ta’ala-, dan hanya terjadi karena takdirNya dan ketentuanNya. Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda :

لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ وَلاَ هَامَّةَ وَلاَ صَفَرَ
"Tidak ada penyakit menular (yang menular dengan sendirinya), tidak ada tathoyyur (nasib sial), tidak ada haammah (burung hantu yang memberi kemudaratan tanpa seizin Allah) dan tidak ada (kesialan) di bulan Shafar."  HR Al-Bukhari dan Muslim.

            Namun, sayangnya pada masa sekarang masyarakat telah biasa dengan tradisi tersebut. Sehingga, menggeser pola pikir masyarakat bahwa diramal atau mempercayai ramalan adalah sesuatu yang sangat biasa. Padahal dalam Islam perbuatan itu diharamkan oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
“Barang siapa yang mendatangi seorang peramal, lalu menanyakan kepadanya tentang satu ramalan maka tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh malam.”(HR Muslim)
           
Orang yang mempercayai ramalan adalah orang yang kufur terhadap apa yang telah di wahyukan kepada Nabi Muhammad Saw. Ramalan tersebut telah mendahuli sesuatu yang telah menjadi rahasia Allah SWT. Dan sesungguhnya rahasia Allah SWT tidak akan pernah bisa diketahui oleh siapapun. Mempercayai ramalan akan menjadikan orang tersebut kufur kepada Allah SWT. Karena ia telah menduakan Allah SWT. Padahal, Allah-lah yang maha luas ilmunya. Barang siapa yang mempercayai ramalan maka ia telah berbuat syirik kepada Allah SWT.
            “Barang siapa yang membatalkan maksud keperluannya karena ramalan mujur-sial maka dia telah syirik kepada Allah. Para sahabat bertanya “Apakah penebusnya, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ucapkanlah, “Ya Allah, tiada kebaikan kecuali kebaikan-Mu, dan tiada kesialan kecuali yang Engkau timpakan dan tidak ada Tuhan kecuali Engkau.” (HR Ahmad)
            Perkara dimasa datang adalah perkara yang menjadi kekhususan Allah SWT. Tidak pantas setiap makhluk menerka-nerka apa yang akan terjadi di masa selanjutnya melalui ramalan atau semacamnya. Cukuplah seorang muslim meyakini bahwa segala sesuatu telah ditakdirkan oleh Allah SWT. Kita hanya berusaha dan disertai tawakal.

إِنَّ الَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ ۖوَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖوَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚإِنَّ الَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya : Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.[3]

            KH. Musthofa Bisyri(2006: 201-202) menegaskan bahwa penggunakan buku-buku primbon dalam kaitan dengan ibadah seorang muslim adalah tidak benar. Beliau juga menyatakan bahwa buku-buku tersebut hanyalah tuntutan “perdukunan” belaka, karena para dukun sering merajuk pada buku-buku sejenis itu[4]

      Dari ini berarti dapat kita simpulkan sesungguhnya bahwa primbon yang menyatakan tentang sebuah keburukan dan kebaikan itu sesuatu yang haram dalam islam. Baik primbon dari mana pun dan bentuknya yang seperti apapun. Dan tidak ada seorang pun yang mengetahuan sesuatu hal yang Ghaib kecuali Allah SWT. Sebagiman firmannya  :

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ

"Katakanlah: "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah"." (QS. Al-naml: 65)

C.     LIVING HADIST DIDALAM PRIMBON SUNDA
Tentu jika kita melihat dari keterangan di atas bahwa primbon (تَطَيَّرَ) merupakan sesuatu hal yang dilarang di dalam islam. Sesuatu yang tidak bisa dijadikan sebuah ukuran dalam menuntukan takdir seseorang. Tetapi siapa sangka bahwa Adat penghitungan primbon sunda ini mengandung sebuang pelivingan Hadits Nabi SAW. Yaitu :
الصدقة تدفع المصائب والأمراض
Sedekah itu Menolak berbagai Musibah dan  macam Penyakit.
Sebagaimana keterangan di atas bahwa Cara penangkalan Mubuy dan Nyusup (Perkara yang Buruk) Yaitu dengan Buang Baju yang dapat Menjadi sebuah penangkal dalam mendapat musibah (segala hal yang buruk ). Jadi dapat diartikan bahwa Buang baju adalah Perkara  yang kosepnya sama dengan Sedekah yaitu Memberikan sesuatu kepada orang lain secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Jadi ada suatu Hadits yang dihidupkan Secara Khas Oleh suatu Masyarakat Sunda yang menggunakan Primbon. Walau Memang Primbon ini, sesuatu yang dilarang dalam Islam. 
            Jadi ketika Buang baju itu kita artikan menjadi sebuah Sedekah banyak manfaat yang dapat didapatkan Ketika seseorang menerangkan konsep buang baju ini diantaranya :
       I.            Menghapus Dosa.
Imam Nawawi menulis di kitab beliau “Al-Adzkâr an-Nawawiyyah” sebuah hadits yang menjelaskan bahwa sedekah dapat menghapus kesalahan, noda atau dosa yang pernah kita lakukan.
وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيْئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ
Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api. (HR Tirmidzi)
    II.            Memadamkan Siksa Kubur

إنَّ الصَّدَقَةَ لَتُطْفِئُ عَنْ أَهْلِهَا حَرَّ اْلقُبُوْرِ وإنَّمَا يَسْتَظِلُّ الْمُؤْمِنُ يَوْمَ القِيَامَةِ فِيْ ظِلِّ صَدَقَتِهِ
Sedekah memadamkan panasnya siksaan kubur. Sesungguhnya orang mukmin akan mendapat naungan di Hari Kiamat di dalam naungan sedekahnya. (HR Thabrani)

 III.            Benteng dari Api Neraka

اِتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ
Bentengilah (jauhkanlah) diri kalian dari neraka, walau dengan sebiji kurma. (Muttafaq ‘alayh)

 IV.            Masuk Surga dari Pintu Sedekah

مَنْ أَنْفَقَ زَوْجَيْنِ فِي سَبِيلِ اللهِ نُودِىَ فِي الْجَنَّةِ يَا عَبْدَ اللهِ هَذَا خَيْرٌ. فَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّلاَةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّلاَةِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجِهَادِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الْجِهَادِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّدَقَةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّدَقَةِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصِّيَامِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الرَّيَّانِ
Artinya : Orang yang menginfakkan dua harta di jalan Allah, maka akan dipanggil oleh salah satu pintu surga, “Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan.” Yang berasal dari golongan yang suka mendirikan shalat, akan dipanggil dari pintu shalat. Yang berasal dari kalangan mujahid, akan dipanggil dari pintu jihad. Yang berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah. Yang ahli puasa akan dipanggil dari pintu Rayyan.” (Muttafaq ‘alayh. Adapun lafazh hadits menurut riwayat Imam Muslim)
            Didalam Al-quran pun di sebutkan bahwa dengan sedekah seseorang akan mendapatkan ketentraman Hati dan diterima taubatnya juga disitupun dijelaskan bahwa hanya Allah lah yang mengetahui akan hal-hal yang Ghaib sebagaimana di dalam Al-Quran Surat At-taubah sebagai berikut :
*خذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
* أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَأْخُذُ الصَّدَقَاتِ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
* وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ، «سورة التوبة: الآيات 103- 105»،
Artinya :
# Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
# Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?
# Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan
BAB III
PENUTUP
            Dapat kita Ambil kesimpulkan bahwa Primbon sunda ini adalah suatu tradisi yang dilakukan oleh orang sunda Untuk menentukan hari baik dan buruk baik Ketika akan menentukan hari pernikahan, Usaha, dan perpanenan atau sesuatu hal yang lain dalam Segala urusan. Yang dimana memang primbon (تَطَيَّرَ) itu tidak di benarkan didalam islam, tapi didalam prakteknya terdapat pelivingan hadits nabi saw yaitu hadits tentang sedekah. Yang konsepnya sama dalam primbon sunda ini yang dikenal dengan Buang Baju yaitu untuk menolak segala musibah atau bencana yang tidak diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA
·         Kong sabda , Kakek sepuh seorang ahli dalam primbon sunda di daerah ciamis
·         Nenek Isoh, Istri kong sabda yang juga merupakan  ahli dalam primbon sunda
·         Studi kitab Primbon Imam Mudin karya KH. Bisri Mustofa, Rembang


  
          




[1] Kong Sabda Seherman , Seorang  ahli primbon diciamis.
[2] Nenek Isoh , Istri dari kong sabda suherman.
[3] Maksudnya: manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok atau yang akan diperolehnya, namun demikian mereka diwajibkan berusaha.
[4] Studi kitab Primbon Imam Mudin karya KH. Bisri Mustofa, Rembang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar